#36 Lanjutan Senjata-senjata dalam membuat Feature: Anekdot
Anekdot
Kepiawaian menulis Feature akan semakin tinggi bobotnya bila penulis pandai membumbui tulisannya dengan anekdot. Anekdot adalah;
penggalan kejadian lucu, menarik dan menghibur yang berkaitan dengan subjek cerita.
Karena itu anekdot yang dipilih harus mampu menambah wawasan pembaca tentang subjek dan tema Feature.
Di dalam Feature, anekdot bisa berupa "cerita di dalam cerita", berupa
Di dalam Feature, anekdot bisa berupa "cerita di dalam cerita", berupa
- cerita oleh subjek
- atau cerita tentang subjek.
Mengumpulkan anekdot, bisa jadi lebih sulit dari pada yang kita duga. Penulis Feature mungkin bisa mencari informasi dari banyak orang tentang sang subjek, dengan mencari anekdot tentang si subjek yang akan menambah nilai tulisan tentang karakter sang subjek. Masalahnya, orang banyak atau teman-teman yang mengenal sang subjek, belum tentu mau bercerita tentang sang subjek.
Dan, penting pula diperhatikan, bahwa "memilih" anekdot dibutuhkan kecerdasan yang ekstra. Anekdot perlu diseleksi. Jangan sampai anekdot yang terpilih oleh penulis cenderung merendahkan si subjek, memperolok-oloknya, atau membuka rahasia pribadinya yang ia tak ingin diketahui oleh publik. Etika jurnalistik tetap berlaku, walaupun tulisan Feature cenderung tidak formal, dan berkesan mendalam.
Suatu contoh peristiwa,
Dan, penting pula diperhatikan, bahwa "memilih" anekdot dibutuhkan kecerdasan yang ekstra. Anekdot perlu diseleksi. Jangan sampai anekdot yang terpilih oleh penulis cenderung merendahkan si subjek, memperolok-oloknya, atau membuka rahasia pribadinya yang ia tak ingin diketahui oleh publik. Etika jurnalistik tetap berlaku, walaupun tulisan Feature cenderung tidak formal, dan berkesan mendalam.
Suatu contoh peristiwa,
seorang penulis suatu ketika mengumpulkan informasi untuk Feature yang mendalam mengenai seorang ustadz yang sangat dihormati. Maka ia melakukan wawancara dengan sahabat dekat tokoh ustadz tersebut.
"Saya ingin sedikit anekdot tentang ustadz Anu, mohon cerita tentang dirinya yang memungkinkan saya memberi gambaran kepada yang didapat pembaca bagaimana sebenarnya beliau itu. Ada yang Anda ingat?" demikian wawancara yang dilontarkan penulis.
Sahabat ustadz Anupun menjawab, sambil tertawa kecil, "Ya saya punya banyak, tapi sebentar, mana ya yang saya bisa ceritakan ..." sambil berpikir sejenak.
Ternyata sahabat itu kemudian melanjutkan, "Wah, saya tidak berani menceritakan karena bisa-bisa saya dimusuhi ..."
Akhirnya, sahabat ustadz Anu bercerita banyak, berlebihan memuji-muji, hingga yang didapat hanya merupakan gambaran umum yang biasa terbaca di informasi-informasi tentang seorang ustadz. Tentu hal tersebut kurang menarik.
Mengadakan wawancara dengan lawan atau musuh yang berseteru si subjek juga sulit. Jikapun didapat anekdot tersebut, harus diteliti benar, jangan-jangan anekdot tersebut cenderung menghina, ghibah (berbicara tentang keburukan subjek), atau modus-modus tertentu, karena ketidaksenangan lawan sang subjek.
Berikut suatu contoh anekdot,
dari pengalaman seorang polisi yang menangkap seorang pengedar narkoba.
Kami tahu, suatu kamar hotel menjadi tempat media transaksi pengedar narkoba, sehingga saya berpakaian sebagai tamu dan mendaftarkan diri ke resepsionis. Dan, teman saya yang polisi juga duduk di ruang tunggu, dan ia harus berlagak seolah-olah menunggu seseorang.
Pelayan hotel mengantar pengedar narkoba ke kamar hotel. Mengetahui itu, sayapun kemudian, turun tangga dari kamar hotel yang di lantai atas dan pura-pura membeli air mineral, sambil memberi kode pada teman saya yang duduk di ruang tunggu tersebut. Lalu kembali secepatnya ke kamar hotel.
Teman saya seharusnya, masuk ke kamar hotel tempat saya bertemu dengan pengedar narkoba, dalam waktu 15 menit kemudian untuk melakukan penyergapan tangkap tangan. Ia juga akan menangkap saya, sehingga penyamaran saya berhasil.
Pengedar narkoba tersebut telah datang ke kamar hotel, dan saya sudah siap-siap.
Namun, apa yang terjadi?5 menit, 10 menit, 15 menit ... 30 menit, teman saya belum muncul juga untuk menyergap.Akhirnya, saya lakukan penangkapan sendiri terhadap pengedar narkoba tersebut.Ketika saya menggiring pengedar narkoba yang telah saya borgol dan diikuti pelayan hotel yang mengantar, saat turun tangga, saya melihat teman saya masih duduk di ruang tunggu. Ia sedang membaca buku - ia memang kutu buku, selalu membawa buku - dan tertawa.Sayapun ikut tertawa, tetapi masam.
***
Salah satu contoh lagi anekdot,
tentang seorang karyawan yang menjelang Hari Raya Iedul Fitri tidak mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya) atau gaji bulan ke 13.
Maka, karyawan ini bikin garis kebijakan yang akan menjadi pegangan orang serumah menghadapi Lebaran ini: semua baju dan sepatu mesti buatan dalam negeri, ketupat cukup seorang satu, para tamu diharap makan di rumah masing-masing. Tak ada kue baik kering maupun basah, anggaran hanya tersedia untuk membuat kacang goreng sebaskom.
Begitu Lebaran tiba, ramailah keluarga itu mengunyah kacang goreng dari pagi hingga sore, sehingga pada malam harinya perut mereka mulas bersamaan, dan bergantian masuk WC.
Anekdot, bisa disebar di semua bagian cerita secukupnya, tidak dikelompokkan pada satu tempat pada Feature.
***
Mau belajar menulis Feature - Berkesan Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Atau, hanya mau baca postingan-postingan Belajar dan Menulis? Tanpa berdialog, komentar dan ngobrol. Ikuti /follow saja Channelnya TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan