#24 Lanjutan Teras Tulisan: Lead Kutipan, Lead Pertanyaan
Lead Kutipan
Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat Lead menarik, terutama bila yang dikutip perkataan orang yang terkenal. Kutipan harus bisa mengekspresikan watak si pembicara. Dan, ingat pula, Lead harus menyiapkan pentas bagi bagian berikutnya dari tulisan kita, sehingga kutipannya pun harus memusatkan diri pada sifat Artikel atau Feature tersebut.
Berikut sebuah contoh Lead kutipan:
"Tangkap hidup atau mati."Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Kutipan keras itu diucapkan seorang Kapolri Letnan Jendral.
Umumnya pembaca akan langsung terpancing, ingin mengetahui bagaimana nasib orang yang telah dipastikan harus ditangkap hidup atau mati itu.
Kekurangan Lead semacam ini adalah bahwa kutipan yang dipilih bisa keluar dari isi tulisan, bila tekanan pokok diletakkan kepada kutipan itu saja.
Misalnya,
Penulis mewancarai seorang tukang ojek tentang rencana pembangunan kawasan Kota, Jakarta Pusat. Mungkin ia mengeluh tentang rencana yang bakal menutup rezekinya itu dan berkata, "Kawasan Kota mau ditutup sampai Pelabuhan Sunda Kelapa? Wuih ..."Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Kutipan itu memang mampu menarik perhatian, sehingga seorang penulis mungkin memakainya sebagai Lead. Namun, kutipan itu tidak secara tepat menggambarkan keseluruhan perasaan si tukang ojek. Bila penulis tak sanggup memberikan penjelasan pada pembaca kapan kutipan itu diucapkan, dan dalam kondisi bagaimana. Jangan-jangan kutipan itu memang tak ada kaitan langsung dengan isi tulisan.
Biasanya ucapan sang tokoh yang akan dijadi Lead, adalah yang dinilai mewakili wataknya, integritasnya, maupun prinsip hidupnya.
Contoh lagi,
"Wartawan, guru, penulis nasibnya sama," kata wartawan kawakan Fulan.
Lead Pertanyaan
Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Dan, sering Lead ini dipakai oleh penulis yang tak berhasil mengimajinasikan Lead yang diinginkan. Lead ini enteng ditulis, tetapi jarang membuahkan hasil terbaik.
Dalam banyak hal, Lead ini cuma taktik. Penulis yang menggunakan Lead ini sadar bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum. Yang dimaui oleh Lead ini ialah rasa ingin tahu pembaca yang belum tahu, dan mustinya akan terus ingin membaca artikel tersebut. Sedangkan, yang sudah tahu akan dibuat ragu apakah pengetahuannya sesuai dengan informasi penulis sampaikan.
Banyak editor enggan memakai Lead ini karena pembaca sering dibuat jengkel oleh jebakannya. Dengan demikian, biasanya, Lead Naratif atau Lead Deskriptif lebih disukai.
Walaupunpun demikian, tidak berarti Lead bertanya lebih rendah kualitasnya dari pada yang lain. Kadang-kadang ada Feature atau Artikel yang bisa diberi Lead bertanya secara wajar. Seorang penulis yang menulis Feature tentang pendapatan seorang pengusaha dibanding seorang presiden yang terkenal, bisa menulis begini:
Berapa gaji seorang konglomerat sekarang?
Seperti juga Lead yang lain, Lead bertanya hanya bisa efektif bila materinya memang secara wajar semestinya diberi pertanyaan.
Contoh lain:
Apa yang membuat sekelompok orang ngotot, menolak pindah, meski gubuk tempat mereka tinggal terus dirayapi oleh air yang menggenang?Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Ada juga Lead berupa kalimat tanya sekaligus jawabannya, dengan tujuan memberi pengetahuan atau untuk menjawab rasa ingin tahu pembaca.
Contohnya:
Apa cara terbaik untuk menjadikan kota bersih? Nggak usah jauh-jauh, usahakan rumah sendiri bersih terlebih dahulu.
***
Mau belajar menulis Feature - Berkesan Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Atau, hanya mau baca postingan-postingan Belajar dan Menulis? Tanpa berdialog, komentar dan ngobrol. Ikuti /follow saja Channelnya TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan