#16 Contoh Artikel, Petunjuk pembuatan dan Analisisnya
Contoh Artikel
Selembar Kertas Menyesatkan
Arsitek dilarang beriklan!
Seonggok kalimat, yang selalu menjadi pertanyaan dalam benak Malva setelah lulus dari ujian sarjana. Malva baru tahu belakangan, mengapa seperti itu.
***
Bisa dilanjutkan membaca kembali postingan #01 Nilai = Keterampilan? Buka mundur TAP /KETUK pintu linknya > di sini
Sebetulnya gampang kok membuat Artikel. Kita membuat Eksposisi sudah mampu, yang penting asalkan alat-alat bantunya sudah tersedia dan kita kumpulkan. Pertama memang berserakan, kemudian kita rangkai, lalu kita baca kembali dan apabila terasa kurang pas atau tidak sesuai dengan materi-materi yang telah kita tetapkan, tinggal kita bongkar-pasang, "Ceplug, ceplug ..."
Berikut alat-alat bantu yang bisa kita bongkar pasang:
Alat-alat bantu Artikel
Narasi PendekSeperti telah kita fahami bersama, bahwa perbedaan yang sangat menyolok antara Eksposisi dan Artikel yaitu adanya Fakta untuk membuktikan Tesis Artikel. Fakta adalah bentuk dari "menyuruh orang lain" untuk menceritakan pengalamannya, bisa pengalaman orang lain ataupun pengalaman penulis sendiri.
Pengalaman itu dapat berupa cerita kecil atau narasi pendek,
- yang langsung dari awal sampai akhir tidak menggunakan bentuk kilas balik (penjelasan apa itu Narasi atau Kisah atau Cerita dan bentuk Deskripsi, serta bagaimana Narasi dengan bentuk kilas balik /flash back bisa dibaca TAP /KETUK > di sini).
- Cerita itu terkadang ada dialog,
- juga deskripsi singkat bagaimana situasi dan cara tokoh-tokohnya menyampaikan dialognya.
Pada contoh Artikel "Selembar Kertas Menyesatkan" dapat kita lihat sangat sarat dengan narasi berdialog. Semua adalah dalam rangka "menyuruh orang lain" berkisah tentang pengalamannya.
Kutipan
Terkadang pula, penulis mencantumkan kutipan dalam upaya "menyuruh orang lain" lagi untuk membuktikan kebenaran Tesisnya.
Terkadang pula, penulis mencantumkan kutipan dalam upaya "menyuruh orang lain" lagi untuk membuktikan kebenaran Tesisnya.
- Kutipan itu bisa berupa apa-apa yang dikatakan seseorang secara langsung kepada penulis,
- atau dari sumber-sumber lain seperti buku, majalah, literatur, syair, pepatah, dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengutip ucapan seseorang.
- Jika kutipan itu dalam bahasa atau dialek yang tidak dimengerti pembaca, maka hendaknya diterjemahkan atau diberi terjemahan dalam kurung.
- Ucapan-ucapan yang menimbulkan keresahan sosial, ucapan yang mengundang tuntutan hukum, seperti ucapan orang yang berasal dari daerah anu suka berkata kasar, atau pemimpin fulan suka korupsi, semuanya itu harus dihindari. Yang penting ucapan tersebut benar, setelah kata-kata yang tidak layak dihilangkan.
Alat bantu lain
Seorang penulis juga dapat mengutip, data-data statistik, grafik, diagram, dan sebagainya. Bahkan dia dapat menulis seluruh artikelnya dalam bentuk dialog. Terkadang juga bisa menggunakan foto (yang tidak ada makhluq bernyawa) sebagai alat bantu.Namun, yang butuh diperhatikan adalah, artikel jangan sampai kebanyakan bumbu, kutipan walaupun menjadikan artikel enak dibaca, atau lucu, tapi setelah membacanya kita tidak tahu apa maunya penulis.
Semua itu hanyalah alat bantu, jadi bukan artikel itu sendiri. Hanya alat bantu yang membantu penyampaian sesuatu yang disampaikan, yakni isi atau Tesis artikel itu secara efektif dan efisien. Harus ada pengikat semua itu menjadi kesatuan yang padu. Itulah yang disebut Fokus.
Lead
Kata Lead, berasal dari kata dalam bahasa Inggris. Makna secara istilah adalah awal tulisan. Itulah kalimat-kalimat pertama dalam sebuah tulisan atau artikel.
Lead bisa berupa dialog, kutipan, ucapan seorang tokoh, sebuah pertanyaan, deskripsi singkat, pepatah, semboyan, motto, atau apa saja. Pokoknya Lead:
harus menarik dan membuat pembaca ketagihan untuk meneruskan membaca artikel itu sampai selesai.
Pembaca, pada umumnya dalam kesibukannya sehari-hari tidak mau membuang-buang waktu dengan mencari-cari bacaan yang "enak dibaca". Untuk menilai apakah artikel tersebut patut dibaca dan cukup bernilai sehingga pembaca harus menghabiskan waktunya yang sangat berharga, dia akan membaca dahulu bagian atas /awal artikel itu. Biasanya di bagian atas itu ada nama penulis, ada judul, dan ada Lead tadi itu. Nah, jika nama penulis belum terkenal (seperti kita sebagai penulis pemula), judul cukupan, Lead itu musti menarik.
Tak ada jalan lain!
Maka dari itu, seorang penulis artikel akan melakukan apa saja agar Leadnya bagus dan menarik. Lead haruslah merupakan umpan yang enak, sehingga begitu umpan dilihat "ikan" (baca : pembaca), terpancinglah dia untuk membaca tulisan sampai tuntas.
Sehingga Lead ini memang sangat mendapat perhatian khusus bagi seorang penulis. Tidak jarang setelah artikel selesai ditulis, penulis masih belum puas dengan Leadnya, bahkan terkadang Lead ditinggal dulu dan dibuat setelah Artikel selesai. Artikel disimpan sampai berhari-hari bahkan dalam hitungan minggu, sampai penulis menemukan Lead yang tepat.
Karena, jika Lead yang ada tidak bisa membuat pembaca kecanduan membaca tulisan sampai tamat, Lead itu gagal.
Sekarang kita lihat Lead Artikel yang baru saja kita buat:
Arsitek dilarang beriklan!
Seonggok kalimat, yang selalu menjadi pertanyaan dalam benak Malva setelah lulus dari ujian sarjana. Malva baru tahu belakangan, mengapa seperti itu.
Lead yang cukup memancing agar pembaca mau membaca tuntas artikel, sedangkan penjelasannya secara detail dipindah di akhir sebagai saran yang tersirat:
Begitu pula, untuk kesekian kalinya Malva memahami bahwa beriklan seakan-akan dilarang dalam profesi Arsitek.
Mengapa?
Apapun permasalahannya kecil maupun besar, kita tak boleh berbohong. Pun, dalam profesi sebagai Arsitek. Masalah mewujudkan sebuah bangunan seorang klien adalah masalah besar dan menyerap dana yang tidak sedikit pula. Ketika bangunan sudah terwujud, bahan bangunan seperti semen, batu bata, dan lain-lain telah mengeras. Bangunan tak bisa dihapus lagi layaknya di atas kertas. Arsitek harus punya etika, jangan berbohong atau menipu dan jujur tentang kemampuannya.
Sebagai contoh dalam iklan sabun, beda antara satu sabun dengan sabun yang lain. Ada sabun yang bisa membersihkan anggota keluarga dari kuman-kuman agar menjadi keluarga sehat, ada sabun yang bisa membuat kulit bersinar layaknya tokoh yang diidolakan, dan lain sebagainya. Itu adalah keahlian jasa marketing dan advertising, yaitu sengaja membuat image atau branding seperti itu. Padahal intinya sabun sama semua, yaitu membantu membersihkan badan.
Nah, inilah yang dikhawatirkan dari iklan jasa Arsitek. Tidak lain dan tidak bukan karena tim advertising bisa menyulap "image" Arsitek dalam sebuah lembaran iklan melebihi dari yang ditawarkan atau dijanjikan.
Perlu diketahui, Lead yang di buat di atas tidak begitu saja dapat seperti dapat uang tergeletak di pinggir jalan, tetapi itu adalah suatu cuplikan artikel tentang arsitek dalam buku berjudul "99 Untuk Arsitek" karangan seorang Arsitek kondang Indonesia.
Masalah itu sudah mengendap lama di sanubari. Dan ide ditaruh sebagai Lead adalah baru saja hari ketika akhir-akhir selesai membuat artikel, ketika mengingat bahwa tulisan dalam artikel itu mendukung Tesis dalam artikel di atas.
Jadi, terbukti memang banyak membaca terhadap apa yang sedang kita geluti sangat mempengaruhi produktivitas dan kelancaran tangan kita dalam menulis.
Begitu pula, paragraf-paragraf lain yang berisi;
- dialog tentang rapor,
- tentang sebagai dosen yang tidak naik-naik honornya,
- dan tentang diterima menjadi instruktur kursus program komputer
- itu sudah disimpan lama dalam bentuk catatan-catatan kecil.
Catatan-catatan kecil itu ibarat peluru dalam magasin senapan yang siap ditembakkan. Ketika waktunya sudah tepat, maka "pelatuk" ditarik, senapan menyalak dan meluncurlah peluru-peluru paragraf yang sudah kita baca itu semua.
Cerita-cerita dalam catatan-catatan kecil itu menjadi Fakta-fakta sebagai bukti yang memperkuat Argumentasi-argumentasi, dan tentu saja mendukung Tesis Artikel atau Opini penulis.
O iya, bahkan literatur tentang asal-usul dan sejarah sekolah, juga disimpan sejak tahun 2000, dan artikel itu ditulis ulang sampai 5 kali, dengan penambahan Lead maka jadi 6 kali. Subhanallah.
Pembahasan macam-macam Lead dan contoh-contohnya yang lebih detail akan dibahas pada postingan berikutnya #17 Lead Sang Umpan.
Sudut Pandang (bias) dan Tesis
Sebuah artikel pastilah mengenai sesuatu, orang, benda, peristiwa atau hal-hal lainnya. Misalnya kita mau menulis tentang Arsitektur, akan tetapi Arsitektur itu khan luas sekali, bisa-bisa sampai berjilid-jilid buku jika ditulis.
Maka kita persempit lagi, misal tentang Arsitektur Rumah. Inipun, masih terlalu luas, tentang Arsitektur Rumah itu bisa dari sisi gaya arsitektur, bisa juga dari sisi bahan bangunan, organisasi ruang-ruang dalam rumah, bisa pula dari sisi komposisi massa bentuk, dan sebagainya.
Semua ini mengindikasikan, bahwa mengenai 'sesuatu' itu tidak perlu sesuatu yang besar dan luas, cukup hanya 'satu sudut kecil' dari suatu segi 'sesuatu' itu.
Ambillah contoh artikel eksposisi pada contoh dengan judul "Rumah Minimalis, Tren Arsitektur rumah Anda".
- Judul ini jelas membahas satu sudut kecil,
- yaitu masalah "rumah" dari segi yang lebih luas lagi yaitu "tren (gaya) arsitektur"
- dalam hal ini "gaya minimalis", yang merupakan bagian dari yang lebih luas lagi yaitu "dunia arsitektur" secara umum.
Judul itu juga menunjukkan pendapat penulisnya, yang ketika kita baca isi artikelnya, bahwa ternyata "tren arsitektur rumah tidak harus minimalis".
Judul itu seakan-akan bertentangan dengan isi artikel, ini sengaja dibuat oleh penulis agar tertangkap oleh search engine Google dalam pencarian keyword "rumah minimalis".
Di samping itu juga akan memancing rasa penasaran pembaca, "Apa sih sebenarnya rumah minimalis itu ...?" Tetapi, setelah kita baca seluruh artikel tersebut sampai habis, seluruh tulisan dilihat dari "sudut pandang arsitek" yang menyatakan "karakter /gaya arsitektur rumah tidak harus minimalis". Itulah sudut pandang tersebut.
Sudut pandang ini biasanya berisi rumusan mengenai;
- aspek-aspek apa saja yang akan dimasukkan dalam artikel
- dan aspek-aspek apa saja yang tidak boleh dimasukkan dalam artikel.
Termasuk, apa alasan atau dasar pemikiran yang mendorong kepada pemilihan aspek-aspek tersebut.
Sehingga kita tahu bahwa sebuah artikel itu ditulis berdasarkan sudut pandang tertentu. Jika menggunakan sudut pandang lain akan menghasilkan tulisan yang sangat berbeda, meskipun dengan tema yang sama.
Misal artikel tentang "Rumah Minimalis, Tren Arsitektur Rumah Anda" jika ditulis dengan sudut pandang lain, misalnya sudut pandang Klien atau Pemilik rumah tentu akan menghasilkan tulisan yang lain sama sekali. Mungkin jika dari sudut pandang pemilik rumah, malahan mereka ingin rumah yang minimalis semua, sehingga dasar pemikiran yang disodorkan penulis yang mempunyai keberpihakan kepada arsitek tidak tercapai.
Kalau kita kembali kepada bahasan Eksposisi, mengenai Tesis, akan kita temukan bahwa Tesis ini dirumuskan, atau ditentukan oleh yang namanya Sudut Pandang ini. Bahkan, Sudut Pandang ini sangat mirip dengan Tesis ini. Dan, bisa saja kita samakan,
Sudut Pandang = Tesis.
Seperti kita sudah ketahui, dalam Eksposisi mempunyai paragraf khusus untuk paragraf Tesis yang di dalamnya ada Kalimat Tesis, bukan? Ingat khan ...
Lain halnya, di dalam Artikel;
- tidak perlu ada Paragraf Tesis,
- bahkan Tesis itu sendiri tidak perlu dirumuskan dalam sebuah Kalimat Tesis.
- Akan tetapi, Tesis itu ada, dan letaknya bisa dimana saja di dalam Artikel: bisa di Lead yang "memancing" itu, bisa tersebar di paragraf-paragraf tengah, atau bahkan di akhir.
Fokus
Telah kita lewati di dalam Artikel ada:- Tesis (tema), dimana tesis dirumuskan berdasarkan Sudut Pandang tertentu.
- Lalu, Judul yang harus sejalan dengan Tesis itu.
- Demikan pula, Lead bagaimanapun bentuknya mendukung Tesis.
- Juga, ada alat-alat bantu berupa dialog-dialog dan kalimat-kalimat dalam paragraf-paragraf Artikel, menjadi Fakta-fakta yang membuktikan Argumentasi-argumentasi.
Maka, jika kita tarik garis-garis khayal ibarat elemen-elemen dalam suatu Artikel tadi mulai dari Judul sampai akhir sebuah Artikel, maka semua garis-garis itu akan menuju satu titik. Bukan itu saja bahkan semua garis-garis itu menyatu menjadi sebuah garis saja. Itulah Fokus.
Fokus sudah terlihat sejak Judul terus sampai akhir tulisan. Jika suatu Artikel bagus, tentu Judulnya baik, Leadnya menangkap perhatian, semua bagian-bagian lainnya pun enak dibaca dan mendukung serta membawa ke arah yang satu, maka itu tandanya Fokus tulisan itu tajam.
Di dalamnya tidak ada bagian-bagian yang rasanya tidak harus ada, yang bisa membuat bingung pembaca, "Lho mau kemana ... kok ngelantur tulisan ini ?" Maksudnya tidak ada yang menyimpang dari Tesis.
Sengatan di Akhir
Jika kita bahas akhir suatu Artikel, tentu kita teringat pada bahasan tentang Kesimpulan suatu tulisan Eksposisi. Akan tetapi, penting dicermati bahwa suatu Artikel tidak butuh sebuah kesimpulan di akhirnya. Kalau mau menulis kesimpulan boleh, tidak juga boleh.Lho, kok gitu?
Iya, tidak ada kesimpulan tidak apa-apa tetapi "ungkapan yang paling menyengat" dan "paling tajam" hendaknya ada di akhir tulisan. Kalau Lead hendaknya dibuat semenarik mungkin dan mengejutkan maka akhirnya pun sejalan dengan itu tetapi lebih tajam. Dan, akhir ini tidak perlu berbentuk kesimpulan seperti layaknya di Eksposisi.
Seorang penulis biasanya atau boleh membuat tersirat maksud dalam paragraf-paragrafnya, kemudian baru di akhir dia menjelaskan secara tersurat dan terang-terangan apa maunya dia. Dengan cara begitu, pembaca telah dipersiapkan pikirannya dari awal dengan wacana-wacana tesis dalam paragraf-paragraf. Dan akhirnya pembaca siap menerima 'sengatan' di akhir tulisan.
Model tulisan yang dibuat "Selembar Kertas Menyesatkan", dimulai dengan peristiwa penerimaan rapor, sampai akhir kisah diterimanya Malva sebagai instruktur program komputer yang menekankan bahwa jika kita jujur tentang keterampilan dan tidak bergantung pada ijazah atau sertifikat, maka akan mudah semuanya. Bisa saja akhir itu kesimpulan, karena isinya sejalan dengan tesis tulisan, dan kita rasakan memang akhir itulah tesisnya.
Namun, untuk sebuah Artikel tidak harus seperti itu, atau tepatnya kesimpulan seperti itu tidak mengejutkan dan menyengat. Sehingga tidak menimbulkan kesan dan pelajaran hidup yang mendalam, terkait Opini penulis.
Lalu manakah ungkapan yang paling menyengat dalam akhir Artikel "Selembar Kertas Menyesatkan" tersebut? Coba cari!
Yups, ada dalam kalimat,
Memang ada juga orang diterima di suatu perusahaan atau orang tertipu memakai jasa tanpa punya keahlian, tapi boleh ditanya pasti "lewat belakang"..
Itulah 'sengatan' bagi orang yang tidak jujur, penipu, pendusta dan pembohong.
Ada hal lain yang mengharuskan akhir tulisan terasa 'menyengat'. Ada orang yang terbiasa - bahkan para redaktur - membaca suatu Artikel yang enak dibaca dengan cara membaca Lead nya dulu, kalau memuaskan dia akan baca akhirnya. Kalau diakhir dia merasa 'tersengat' barulah dia membaca seluruh Artikel tersebut.
***
Tugas Latihan
Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah-istilah berikut dalam Materi di atas:
1. Narasi pendek2. Kutipan3. Lead4. Sudut Pandang (bias)5. Fokus6. Sengatan di akhir
***
Mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Atau, hanya mau baca postingan-postingan Belajar dan Menulis? Tanpa berdialog, komentar dan ngobrol. Ikuti /follow saja Channelnya TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan