#13 Perkembangan dalam Paragraf (2)
Bab ini adalah kelanjutan postingan #12 Perkembangan dalam Paragraf: Umum - Khusus, Khusus - Umum (1), yaitu melanjutkan pembahasan tentang metode-metode pengembangan paragraf yang tersisa.
Proses
Suatu cara lain yang dapat juga dipergunakan untuk menjaga agar perkembangan suatu paragraf dapat disusun secara teratur adalah proses. Proses merupakan;suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu kejadian atau peristiwa.
Untuk menyusun sebuah proses,
Pertama-tama, penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
Kedua, ia harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya. Bila, tahap-tahap kejadiannya berlangsung dalam waktu-waktu yang berlainan, maka penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis.
Ketiga, sesudah mengadakan pembagian sebagai diuraikan tadi, ia harus menjelaskan tiap tahap secara detail yang cukup tegas, sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
Tulisan tentang jalannya suatu peristiwa sejarah (termasuk jenis ini: cerita atau kisah nyata) akan berbeda dengan tulisan tentang suatu proses mekanis.
Terkadang dalam suatu peristiwa sejarah, cerita atau kisah nyata;
- tidak bisa dibedakan secara tegas karena berlangsung serempak.
- Dan, sering pula terjadi, disamping menggambarkan peristiwa tersebut, penulis menyampaikan komentarnya mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat yang ditimbulkan.
Sedangkan tulisan tentang proses mekanis, atau percobaan-percobaan fisika, ilmiah atau organis (reaksi-reaksi kimia);
- dibutuhkan penjelasan cara tahapan-tahapan
- atau pemasangan yang mudah dipahami
- dengan bahasa yang konkret (kata-kata bersifat denotatif).
Singkat kata, proses mekanis itu menyangkut jawaban atas pertanyaan-pertanyaan;
Bagaimana mengerjakan hal itu? Bagaimana bekerjanya? Bagaimana barang, benda atau komponen itu disusun? Bagaimana hal itu terjadi?
Simak contoh berikut di bawah ini:
“Daripada teorinya yang muluk-muluk, rakyat lebih familiar dengan prosesi hari pencoblosan sebagai produk nyata demokrasi. Pada hari itu mereka menentukan pilihan dengan cara mencoblos salah satu nomor partai atau gambar calon pemimpinnya. Hari itu ibarat babak final dalam sebuah pertandingan. Prosesi-prosesi sebelumnya yang meliputi pencalonan diri, kampanye, debat publik dan lain-lain ibarat babak penyisihan. Setelah hari pencoblosan, maka suara yang diperoleh akan dihitung. Yang mendapatkan suara terbanyak, maka ialah pemenangnya. Seorang bupati, seorang gubernur, bahkan seorang presiden pun sekarang terpilih dengan cara ini.”
Sumber: Artikel "Pesta Rakyat", Majalah Tashfiyah 80 Vol.07 1439 H/2018 M
Sebab - Akibat
Perkembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan menggunakan sebab - akibat sebagai polanya. Dalam hal ini, sebab dapat sebagai gagasan utama, sedangkan akibat dapat bertindak sebagai perinciannya.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk dibalik,
akibat dijadikan gagasan utama, baru setelah itu untuk memahami sepenuhnya akibat tersebut butuh dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Masalah sebab-akibat sebetulnya sangat dekat kaitannya dengan paragraf dengan pola pengembangan proses. Jika proses dipecah-pecahkan untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses tersebut dapat dikatakan proses kausal atau proses sebab-akibat. Dalam mengungkapkan hubungan sebab-akibat tersebut penulis harus mengolah persoalannya berdasarkan suatu rangka tertentu. Misalnya,
berdasarkan kepentingan relatifnya,
berdasarkan kesederhanaanya atau kekompleksannya, bisa juga
berdasarkan kelangsungan dan ketidak-langsungan sebab atau akibat itu terhadap pikiran pokok utama paragrafnya.
Dalam uraian-uraian yang sesuai nalar atau bersifat logis, seperti dalam tulisan-tulisan ilmiah sebab-akibat memegang peranan yang sangat penting. Semisal dalam tulisan dengan bentuk Eksposisi, sebab-akibat dikemukakan berdasarkan penelitian realita yang terjadi (fakta-fakta).
Seseorang yang menderita penyakit COVID-19 akibat terinfeksi virus Corona akan diketahui serangkaian sebab yang diduga mungkin telah mengakibatkan penyakit tersebut. Ia harus memilih diantara sebab-sebab yang paling mungkin. Sebab-sebab yang mungkin seperti;
- karena seseorang baru saja telah kembali dari negara Cina atau negara lain yang positif terinfeksi,
- atau telah terjadi kontak dengan orang lain yang baru kembali dari negara-negara tersebut,
- kurang perhatian terhadap kebersihan tangan dengan mencuci sesuai standar prosedurnya,
- atau terjadi kontak dengan hewan karena asal muasal virus Corona adalah dari hewan yang kemudian tertular ke manusia,
- mengkonsumsi daging yang kurang matang,
- tidak menutup mulut dan hidung dengan masker ketika di tempat-tempat umum.
Beberapa sebab-sebab tersebut mungkin merupakan sebab yang langsung, bila dibandingkan dengan sebab-sebab yang lainnya. Dengan memisahkan mana yang sebab langsung dan mana yang tidak, maka akan dapat diambil tindakan pencegahan di waktu-waktu mendatang.
Perhatikan contoh berikut:
“Sehingga dalam pandangan Islam, perbedaan bukanlah sebab utama terjadinya perilaku kezaliman, tirani, diskriminasi, kediktatoran yang terjadi. Karena perbedaan derajat adalah qodrat yang sudah Allah gariskan pada hamba-hamba-Nya. Namun sebab utama dari terjadinya kezaliman adalah saat ketakwaan bukan menjadi dasar kehidupan seseorang atau suatu tatanan masyarakat. Saat itulah musibah akan mencerai-beraikan mereka, tanpa memandang siapa pemimpinnya. Suatu masyarakat yang tidak punya ketakwaan (dalam arti rasa takut kepada Allah) berada di tepi jurang kehancuran.”
Sumber: Artikel "Buntut Pahit Demokrasi", Majalah Tashfiyah 92 Vol. 08 1441H /2019 M.
Contoh di atas lebih jelas membicarakan mengapa terjadinya kezaliman, tirani, diskriminasi dan kediktatoran.Mengapa demikian?Jika kita dapat mengajukan pertanyaan itu, berarti kita harus mencari sebab-sebabnya. Sebabnya adalah saat ketakwaan bukan menjadi dasar kehidupan seseorang atau suatu tatanan masyarakat.
Sedangkan, akibat yang disimpulkan dari paragraf di atas adalah “musibah akan mencerai-beraikan mereka, tanpa memandang siapa pemimpinnya. Suatu masyarakat yang tidak punya ketakwaan (dalam arti rasa takut kepada Allah) berada di tepi jurang kehancuran.”
Suatu variasi dari sebab-akibat ini adalah pemecahan masalah.
- Pemecahan masalah juga bertolak dari hubungan kausal,
- tetapi tidak berhenti disitu saja, ia masih berlanjut menunjukkan jalan-jalan pemecahan untuk menjauhi sebab-sebab yang terjadi,
- atau bisa juga menjauhkan akibat-akibat yang dihasilkan oleh sebab-sebab tadi.
Klimaks dan Anti-klimaks
Perkembangan gagasan dalam sebuah paragraf dapat disusun dengan mempergunakan dasar klimaks, yaitu;suatu gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap terendah kedudukannya, berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang tertinggi kedudukannya atau kepentingannya.Dengan kata lain, gagasan-gagasan bawahan disusun sekian macam sehingga tiap gagasan yang berikut lebih tinggi kepentingannya dari gagasan sebelumnya, atau perhatian penulis terhadap gagasan berikutnya selalu menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan perhatiannya terhadap gagasan-gagasan sebelumnya.
“Seseorang mengunggah fenomena dunia maya di media ilmiah-formal merupakan sebuah kesalahan fatal dalam dunia pendidikan. Bahkan, kesalahan ini tidak saja telah menjadi kesalahan nasional, namun telah menjadi pula kesalahan global. Tanpa disadari, kesalahan ini akan menjerumuskan generasi milenial ke 'dunia abstrak' yang penuh impian tak berkenyataan. Mereka diarahkan untuk menjadi generasi pemimpi.”
Sumber: Artikel "Hedonisme", Majalah Tashfiyah 90 Vol. 08 1440H /2019 M.
Gagasan utama paragraf di atas adalah “Seseorang mengunggah fenomena dunia maya di media ilmiah-formal merupakan sebuah kesalahan fatal dalam dunia pendidikan” yang terdapat pada Kalimat Topik di awal paragraf. Gagasan utama ini kemudian diperinci dalam tiga gagasan bawahan, yaitu kesalahan nasional, kesalahan global, menjerumuskan menuju impian. Gagasan bawahan pertama dan kedua hanya didukung oleh satu kalimat yang dipisahkan oleh tanda koma. Gagasan bawahan ketiga didukung oleh dua kalimat.
Gagasan utama tersebut (Seseorang mengunggah …) diperinci dengan sebuah gagasan bawahan (kesalahan nasional) yang dianggap terendah kedudukannya, berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang tertinggi kedudukannya (menjerumuskan menuju impian).
Variasi dari klimaks adalah antiklimaks, yaitu penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun menuju gagasan-gagasan yang lebih rendah sampai akhirnya kepada yang paling rendah.
Perbandingan dan Pertentangan
Yang dimaksud perbandingan dan pertentangan disini adalah;suatu cara dimana penulis menunjukkan ketidak samaan atau perbedaan antara dua objek atau gagasan dengan ditinjau dari segi-segi tertentu.
Kita dapat membandingkan misalkan;
- dua permasalahan atau dua pemikiran,
- dengan menekankan salah satu pemikiran sebagai gagasan pokok yang kita usung.
- Bagaimana permasalahan atau pemikiran tersebut dijalankan dengan ditinjau dari segi-segi tertentu untuk menerangkan gagasan pokok.
- Sehingga semakin jelas pulalah detail gagasan pokok akibat membandingkan dengan gagasan yang berseberangan dengan gagasan pokok tadi.
Perhatikan kutipan di bawah ini:
“Beda liriknya, beda penyanyinya. Ini ironi lain dari dunia perpanggungan. Mungkin terkadang lirik suatu lagu menyiratkan keindahan dan kebahagiaan dalam hidup. Seperti lagu cinta, rindu dan yang semakna dengan itu. Namun, latar kehidupan sang pelantunnya tak seindah dan sedamai lagunya. Dari kawin-cerai karena rumah tangga berantakan hingga keluar-masuk 'rumah binaan', bukan luar biasa lagi.”Sumber : Artikel "Musik itu ha...", Majalah Tashfiyah 71 Vol. 06 1438H /2017M
Bagian pertama dalam paragraf di atas hanya berfungsi sebagai dasar untuk memahami bagian kedua. Dasar yang dinyatakan pada bagian pertama itu adalah; menyatakan seolah-olah keindahan dan kebahagiaan dalam kehidupan seorang penyanyi. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Nah, agar persoalannya itu lebih jelas ironinya maka diuraikan dalam suatu perbandingan, yaitu antara kebahagiaan dengan keluarga yang berantakan. Yaitu dalam lirik lagu yang penuh dengan keindahan dan kebahagiaan, sedangkan kebalikan dari itu, realita kehidupan penyanyi seperti kapal pecah, kawin-cerai dan sebagainya.
Analogi (perumpamaan)
Jika perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan antara dua hal, maka analogi adalah juga merupakan;perbandingan dari dua hal yang berbeda, akan tetapi dengan meninjau dari segi kesamaan fungsi dari kedua hal tersebut, hanya sekedar sebagai suatu ilustrasi.
Atau dapat dikatakan secara lebih sederhana, perbandingan adalah menunjukkan ketidaksamaan antara objek-objek dalam kelas yang sama, sebaliknya analogi adalah;
menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua objek atau hal yang berlainan kelasnya.
Jika seseorang mengatakan, “Awan berarak itu membentuk gumpalan-gumpalan kapas”, maka perbandingan antara awan berarak dan kapas merupakan sebuah analogi, sebab keduanya sangat berbeda kelasnya, kecuali kesamaan bentuknya.
Analogi biasanya digunakan;
- untuk membandingkan sesuatu yang tidak atau kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum.
- Apa fungsinya? Yaitu untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal umum agar lebih mudah dipahami.
Perhatikan contoh berikut :
“Pencabangan suatu bahasa dapat menjadi dua bahasa baru atau lebih, sedangkan tiap-tiap bahasa baru itu dapat pula bercabang dan seterusnya. Hal tersebut dapat disamakan dengan pencabangan sebatang pohon. Pada suatu waktu batang pohon dapat mengeluarkan cabang-cabang baru; tiap cabang kemudian bertunas dan tumbuh menjadi cabang-cabang baru. Cabang-cabang yang baru ini kemudian mengeluarkan ranting-ranting yang baru. Demikian seterusnya. Begitu pulalah pencabangan pada bahasa.Akan tetapi, perlu diingat bahwa antara pencabangan bahasa dan pencabangan sebatang pohon terdapat suatu perbedaan. Setelah suatu bahasa bercabang, maka antara bahasa-bahasa yang baru itu masih terdapat kontak timbal balik, masih terjalin pengaruh mempengaruhi antara kedua bahasa itu. Lain halnya dengan cabang-cabang pohon, sekali tumbuh menjadi sebuah cabang atau ranting yang terpisah, ia tidak menghiraukan lagi nasib cabang atau ranting-ranting lainnya”.
Contoh Konkret
Suatu gagasan yang terlalu umum sifatnya, atau generalisasi-generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Ilustrasi-ilustrasi itu sering dipakai contoh-contoh yang konkret dalam suatu paragraf.
Contoh-contoh tersebut dapat berfungsi sebagai;
- fakta untuk membuktikan pendapat seseorang,
- atau sekedar untuk menjelaskan maksud penulis.
- Dalam hal ini, dapat juga dipergunakan pengalaman-pengalaman pribadi yang merupakan bahan paling efektif untuk setiap penulis.
“Memulai gaya dan pola pikir hidup yang bersahaja juga tak kalah penting. Lihatlah pemimpin tertinggi kita, Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam. Bukan mustahil baginya untuk bergaya hidup kaya penuh dengan kemewahan. Namun, beliau tetap memilih kesahajaan dan merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Karena itulah puncak kekayaan yang sebenarnya.'Bukanlah kaya itu soal banyaknya harta benda. Kaya itu adalah merasa cukup yang ada dalam jiwa' (Al Hadits)’.”
Sumber: Artikel "Ajang gas pol", Majalah Tashfiyah 76 Vol. 07 1439H /2018M.
***
Tugas Latihan
Buatlah paragraf-paragraf dengan perkembangan paragraf: Sebab Akibat Klimaks Perbandingan dan Pertentangan Analogi (Perumpamaan)
Contoh Konkret
***
Mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Atau, hanya mau baca postingan-postingan Belajar dan Menulis? Tanpa berdialog, komentar dan ngobrol. Ikuti /follow saja Channelnya TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan