www.izzuka.com

#04 Meniru-niru dan Menyalin

          Baiklah, apakah kita sudah ada dorongan rasa suka dan benci untuk mendapatkan ide tulisan? 

          Jika sudah, sabar ... perlahan-lahan. Semangat musti dikendalikan, diatur dan dikemudikan agar tidak meletus liar kemana-mana. 

          Dan, ingat semboyan "kepekaan itu memang datangnya dari dalam hati, akan tetapi kepekaan itu dapat dilatih perlahan-lahan dari luar".

          Kita ulangi,

          INGATLAH!

"Kepekaan itu memang datangnya dari dalam hati, akan tetapi kepekaan itu dapat dilatih perlahan-lahan dari luar".



Untuk itu, kita akan melakukan pola belajar cara menulis dari yang sangat dasar, dan dengan cara meniru-niru. Kita akan latih perlahan-lahan dari luar diri kita. Jadi segala ada prosesnya. Semua ada waktunya.

Trik Meniru Model Tulisan

          Metode ini, menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan meniru tulisan yang diberikan. Tulisan yang dipakai di sini pada umumnya tidaklah ditulis oleh para penulis terkenal, tetapi hanya hasil tulisan para penulis biasa yang diperbaiki di sana-sini, dan oleh karena itu kita namakan saja 'model'. 
  • Model-model ini harus dibaca terlebih dahulu, 
  • dilihat isinya dan bentuknya, 
  • dianalisis 
  • serta dibuatkan kerangkanya
  • serta dilakukan hal-hal lain yang diperlukan, 
  • baru sesudah itu tiba waktunya untuk menulis.
          Tentu saja, yang ditulis tidak persis sama dengan modelnya: ini namanya menyalin bulat-bulat, menjiplak atau bahkan dinamakan membajak. Tetapi, yang disalin adalah; 
  • kerangkanya 
  • atau idenya 
  • atau bahkan juga cara dan tekniknya.
         Ada pernyataan bahwa 'menulis itu gampang', mulai saja nanti khan bisa sendiri. Adakalanya pernyataan ini ada benarnya. Penulis buku ini punya pengalaman tersendiri tentang suatu keterampilan yang dengan sendirinya bisa didapat dan dilakukan. 

Dahulu, ketika anakku masih kecil, aku melarangnya untuk menaiki sepeda roda dua, karena aku khawatir anakku jatuh dari sepeda roda dua oleh sebab belum terampil. Suatu saat, aku ke taman fasilitas lingkungan pemukiman dimana aku dan keluargaku tinggal, guna menjemput anakku yang sedang bermain di sana. Sungguh, aku sangat terkejut dengan apa yang kulihat. Anakku sedang mengendarai sepeda roda dua dengan terampilnya.

Anakku bisa naik sepeda roda dua tanpa belajar?

Ternyata setelah kulacak riwayat bermain anakku, terbukti bahwa anakku banyak bermain dengan teman-temannya yang mempunyai sepeda roda dua. Anakku menghabiskan waktu bermainnya dengan teman-temannya itu. Dia mahir naik sepeda tanpa sengaja, tanpa aku ajari, karena hanya meniru-niru temannya. Dan, itulah latihan-latihan itu tanpa campur tangan teori dan pengajaran dariku.

          Jadi, menulis itu gampang pun demikian pula halnya, yaitu asalkan orang yang ingin bisa menulis itu rajin melakukan latihan, menirukan tulisan-tulisan yang sudah jadi. 

          Tanpa latihan, suruhlah anak yang tak pernah mencoba naik sepeda, untuk langsung naik sepeda roda dua, dan lihat! 

Apakah dia sanggup naik sepeda roda dua begitu saja?

          Maka dari itu, 
  • seorang calon penulis harus banyak latihan 
  • sehingga menulis bisa menjadi kebiasaan yang akan memberikan kenikmatan tersendiri. 
  • Dan, dilakukan di bawah sadar begitu saja, spontan, dan otomatis tanpa banyak berpikir lebih dahulu.
  • Seluruh yang namanya keterampilan dikendalikan oleh pikiran bawah sadar kita, 
  • dan itu hanya di dapat dengan repetisi, pengulangan, latihan berkali-kali layaknya belajar naik sepeda tadi.

Trik Menyalin Tulisan Para Salafush Shaleh

          Di samping meniru-niru tulisan yang telah jadi, 
  • calon penulispun
  • tentu juga seluruh Ahlus Sunnah 
  • yang merupakan para Pembelajar semuanya. 
          Siapapun dia; santri, atau alumni santri, lajang atau berkeluarga, pria-wanita, tua-muda. Apalagi yang telah usia, jelas-jelas secara akal lurus, telah mendekati gerbang kematian;
  • harus menjadikan belajar ilmu syar'i suatu kebiasaan dengan menuliskannya, sedikit demi sedikit, ringan dan setiap hari.
  • dengan hanya menyalin dari tulisan-tulisan para Ulama Salaf
  • atau menyalin buku terjemahan, 
  • atau menerjemahkan kitab para Ulama Ahlus Sunnah, jika telah mampu,
  • mendengar rekaman-rekaman kajian para ahli ilmu syar'i dan menuliskannya
  • Karena para Salafush Shaleh begitu banyak menghasilkan tulisan, awal mulanya juga dengan hanya menyalin, dan menyalin tulisan-tulisan para Salaf pendahulu mereka. Mereka hanya menyalin kembali dari kitab-kitab para Ulama Ahlus Sunnah pendahulu mereka. 
  • Tujuannya, bahwa ilmu syar'i yang ditulis tersebut ibarat binatang buruan lebih terikat, baik di catatan maupun di kalbu.
          Bukankah Imam Syafi'i pernah berkata,

العلم صيد والكتابة قيده
قيد صيودك بالحبال الواثقة
فمن الحماقة أن تصيد غزالة
وتتركها بين الخلائق طالقة

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya
Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Adalah suatu kebodohan jika anda berburu kijang
Lantas anda biarkan dia lepas di antara khalayak
  • Ketika tergores di kalbu, harapannya lebih mudah untuk diamalkan karena kalbu adalah tempatnya motivasi dan iman. Sedangkan dengan motivasi atau iman yang semakin kuat akan menjadi pendorong dalam beramal, baik amal batiniah dan ini lebih dahulu dan lebih utama, maupun amalan lahiriah.
  • Dan, perlu kita tekankan dalam hati kita bahwa tujuan ilmu syar'i adalah diamalkan, bukan apa-apa atau bukan selain itu.
Sehingga, kepekaan bawah sadar yang ada di dalam kalbu merekapun, mencocoki kepekaan yang ada pada para Salafush Shaleh terdahulu, tak ada penyimpangan-penyimpangan dalam menggagas ide tulisan mereka. Itulah prinsip ittiba' yaitu hanya mengikuti yang telah digariskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan para generasi awal.

          Untuk membiasakan Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya kita perlu mendesainnya dan melakukannya sedikit demi sedikit, mudah dan setiap hari. Hal ini dilatih dalam tema tersendiri, silakan TAP /KETUK pintu linknya > di sini.

Kepekaan terhadap Karakter Tulisan

          Nah, sebelum kita memulai mencoba meniru-niru model tulisan yang sudah ada, perlu diketahui seorang calon penulis haruslah memiliki serangkaian kepekaan-kepekaan lainnya dari segi karakter tulisan yang akan ditulisnya. Kepekaan-kepekaan terhadap hal tersebut dapat diasah dan dilatih dengan banyak membaca juga.

Kepekaan bahasa
          Kepekaan yang pertama adalah kepekaan bahasa

         Yang termasuk dalam hal ini adalah tulisan, paragraf, kalimat, arti kata, makna kiasan, bunyi kata, dan tanda baca jika perlu. Amatilah bahwa ada tulisan yang enak dibaca, ada kalimat yang sedap kedengarannya, dan ada pula kata yang pas dalam menggambarkan sesuatu. 

          Namun, ada pula yang ganjil, yang tak enak, kurang sedap, dan kurang pas

          Ada juga, tulisan yang isinya persis dengan apa yang tertulis, dan ada pula yang mempunyai arti ganda; di balik kata-kata yang tersurat tersembunyi arti yang tersirat yang sering justru lebih bermakna daripada apa yang tersurat itu tadi. 

          Apa yang menyebabkan ini semua? 

          Akan diketahui dengan mengasahnya dengan banyak membaca. 

Kepekaan materi terkait bentuk Wacana Tulisan
          Kepekaan yang musti tajam berikutnya adalah kepekaan materi dan bentuk tulisan. 

          Terkadang kita kecewa setelah membaca suatu tulisan yang panjang-lebar dengan kata-kata yang berbunga-bunga ternyata isinya kecil saja. Ada pula tulisan yang terlalu padat dengan data-data, sehingga terasa tak enak membacanya, terlalu kering dan sampai-sampai seolah-olah kita tak bisa berhenti untuk ambil nafas mengistirahatkan atau menjedakan pikiran kita. 

          Namun, ada juga tulisan yang pas, isinya cukup lengkap, semua yang perlu masuk sudah ada di dalamnya, tidak ada terasa ada yang tidak perlu di situ, dan cukup banyak reramuan yang membuat tulisan tersebut enak dibaca, dan mudah dipahami

          Ada pula tulisan yang hebat, jika telah membacanya kita berkata, “Wah, hebat nih tulisan!” 

          Bahkan ada sering tulisan membahas hal-hal sepele dan biasa, tetapi setelah kita renungkan, “Oh, iya benar juga ya.”

          Kita bisa juga memperhatikan bahwa 

ada bentuk-bentuk tertentu yang tepat untuk materi tertentu pula, dan ada pula yang tidak. 

          Misalkan saja, 

sebuah resep makanan tentunya tidak cocok bila dituliskan dalam bentuk cerita pendek, dan sebuah kisah perjalanan pastilah tidak pas jika dituliskan dalam bentuk seperti drama.

         Ini semua menyangkut kepekaan terhadap materi, bentuk dan karakter tulisan. Seorang penulis jika terasah akan tahu apa-apa yang dapat dituliskan atau tidak. Dengan nalurinya, dia akan mengetahui bentuk dan karakter tulisan apa yang sesuai dengan materi yang akan ditulisnya. Dan dia lebih tahu apa-apa yang akan dimasukkan dalam tulisannya atau yang tidak dengan menyaringnya terlebih dahulu.

          Misalkan; 

          Coba ajaklah seorang anak kecil ke kebun binatang, sepulangnya dari sana mintalah ia menceritakan tentang binatang onta. 

          Dia mungkin akan menjawab., “Onta? Wah tinggi, lehernya panjang dan belok.” 

          Kemudian panggillah seorang ahli biologi tentang onta untuk memberi penjelasan pada bidangnya. Apa yang akan kita peroleh dari ahli tersebut? Banyak sekali! Bukan saja cukup, bahkan lebih dari cukup. Malahan terlalu banyak. Yang kita dapat, disamping hal-hal yang menarik dan perlu bagi kita, kita akan mendapatkan hal-hal yang tidak menarik dan tidak kita butuhkan, bahkan mungkin membosankan. Barangkali kita akan mendengar panjang usus onta, dan berapa lama makanan dan minuman lewat mulut onta, lalu ke perut sampai keluar lagi. 

          Menjemukan bukan?

          Seorang penulis yang peka, 
  • akan berusaha menjauhi pada dua ekstrim antara penyampaian anak kecil dan ahli biologi onta di atas. 
  • Dia akan berusaha tulisannya berada agak di tengah-tengah, berada pada posisi yang diharapkan oleh para pembaca. 
  • Dia akan menghindari hal-hal yang tidak perlu, hal-hal klise yang telah diketahui orang banyak
  • Dia tidak akan menyepelekan hal-hal yang penting, dan tidak mementingkan hal-hal yang sepele. 
  • Tidak akan merumitkan yang gampang, dan tidak menggampangkan yang rumit. 
  • Dia juga tidak akan menulis hal-hal yang menyinggung perasaan, yang tabu, yang menimbulkan rasa malu, muak dan yang sejenisnya.
          Kepekaan-kepekaan ini sangat penting dimiliki seorang penulis. Dan, sekali lagi ini didapat dengan membaca. 
  • Bacaan-bacaan yang bermanfaat serta mencakup berbagai bidang akan menghasilkan kepekaan-kepekaan ini di samping kepekaan-kepekaan lain tidak kalah pentingnya 
  • seperti kepekaan waktu atau zaman
  • kepekaan tempat, lokasi, daerah atau negeri, 
  • kepekaan sosial, 
  • kepekaan lingkungan seperti telah dijelaskan pada materi #02 Gelagat Umum Menulis.
          Sekarang, kita akan sedikit mengenal bentuk-bentuk tulisan sebelum mendalami lebih terperinci lagi. Semua bentuk tulisan itu termasuk dalam istilah wacana tulisan.

Wacana Tulisan

          Wacana adalah berasal dari terjemahan kata dari bahasa Inggris discourse yang artinya 

“kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya,” 

          dan, atau 

“komunikasi buah pikiran baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” 

          Jika ini yang kita pakai sebagai patokan, maka semua tulisan yang teratur dengan urutan yang logis disebut wacana. Maka dari itulah wacana mustilah mempunyai dua buah unsur penting; 
  • Kesatuan (unity) dan 
  • Kepaduan /Koherensi (coherence). 
          Dengan dugaan kuat, dapat kita coba gambarkan asal-usul komunikasi antar sesama manusia yang menjadi cikal bakal bentuk-bentuk wacana tulisan. 

Sepertinya ungkapan-ungkapan manusia pada zaman dahulu kala seperti, “Saya lapar,” atau “Jangan ambil, itu punyaku,” atau misalnya juga ”Kamu ikut aku, jadi asistenku.” Ini lambat-laun berkembang menjadi kalimat-kalimat panjang, menjadi seperti paragraf dan akhirnya menjadi sebuah wacana tulisan, lalu dituliskan. 

Dalam bentuk sekarang yang lebih komplek lagi di era abad informasi, wacana tulisan ini dapat saja berjudul, “Manfaat beras hitam untuk kesehatan tubuh,” atau “Merebaknya pencurian sebagai dampak wabah Covid-19,” dan lain sebagainya. 

          Inilah yang dinamakan wacana tulisan Eksposisi yang berasal dari kata dasar bahasa Inggris (to) expose yang berarti “menyingkapkan yang selama ini tertutup”.

Bentuk pengungkapan manusia seperti,”Aku tadi ketemu babi hutan,” atau “Kalian darimana?” 

          Inilah yang kemudian bermetamorfosis menjadi wacana tulisan Cerita atau Kisah yang terkadang kita sebut sebagai istilah Narasi.

Bentuk lain dari ungkapan manusia seperti, “Babi hutan itu besar,” atau “Disana tanahnya subur.” 

          Dan, ini kemudian berkembang menjadi wacana tulisan yang namanya Deskripsi, yaitu "penggambaran" atau "pemaparan suatu benda" atau "keadaan dengan memakai kata-kata."

          Baiklah, kita mulai dari bentuk wacana tulisan dalam mengungkapkan suatu opini, yaitu bentuk tulisan Eksposisi. Karena menyampaikan pendapat atau opini sangatlah dibutuhkan oleh para pelajar dan pembelajar dalam mengolah pikiran dan menyampaikannya.

Eksposisi

          Eksposisi itu adalah: 

menyingkapkan sesuatu yang selama ini tertutup, terlindung atau tersembunyi. 

         Dalam hal ini yang disingkap adalah buah pikiran, ide atau opini, perasaan atau pendapat penulis untuk diketahui orang lain.

          Maka dari itu, mustilah ada suatu hal atau suatu isi hati atau pendapat yang akan kita ungkapkan. Ini biasa disebut; Tesis atau sementara kita samakan saja dahulu dengan kata lain, Tema.

          Tesis ini adalah inti sebuah wacana tulisan Eksposisi. 

         Terkadang tesis ini, 
  • hanya tersirat (implisit) saja, tidak terungkap dalam suatu kalimat. Namun pembaca yang arif akan dapat menangkap apa yang dimaksud oleh penulis pada hal yang tersirat tadi. 
  • Terkadang pula tesis ini terungkap yakni tersurat (eksplisit) dengan jelas di dalam suatu kalimat, atau penggalan kalimat.
         Misalkan, 

kita ingin menyingkapkan buah pikiran kita, misalnya "rumah itu tidak perlu ikut-ikutan tren rumah minimalis". Maka dengan sendirinya itulah tesis kita. Tesis tersebut dapat kita ungkapkan dalam suatu kalimat utuh atau penggalan suatu kalimat: "Rumah yang indah itu tidak perlu ikut-ikutan dengan yang sedang tren yaitu rumah minimalis."

          Atau kita ingin menyingkapkan buah pikiran kita, misalnya 

"pacaran itu adalah tren dan pelengkap identitas adalah suatu anggapan yang parah". Maka dengan sendirinya itulah tesis kita. Tesis tersebut dapat kita ungkapkan dalam suatu kalimat utuh atau penggalan suatu kalimat: "Remaja berpacaran sudah menjadi tren dan kebiasaan; lebih parah lagi anggapan bahwa pacaran adalah pelengkap identitas diri, tidak berpacaran sama saja remaja tanpa identitas."

          Akan tetapi, tesis ini dapat pula hanya disiratkan dengan berbagai cara di dalam sebuah paragraf, sehingga tidak perlu diungkapkan dalam suatu kalimat atau penggalannya.

         Supaya lebih mudah membahas suatu bentuk wacana tulisan Eksposisi, kita akan lihat dulu contoh Eksposisi yang telah dibuat.

***

Tugas Latihan

          Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Bagaimana caranya agar kita gampang menulis?

2. Seorang penulis yang peka, akan berusaha menjauhi pada dua ekstrem antara penyampaian anak kecil dan ahli biologi onta tentang binatang onta. Apa maksud kalimat tersebut? Jelaskan secara gamblang!

3. Apakah wacana tulisan Eksposisi itu?

4. Apakah yang disebut dengan Tesis dalam wacana tulisan Eksposisi?

***

Mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:

Atau, mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca  via luring (offline), beli saja bukunya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Buku Menulis
Artikel

Asyik Dibaca - 50k


Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...