#12 Sufiks atau akhiran -nya
2.4. Sufiks -nya
Hampir dalam semua tata bahasa lama unsur-unsur lain seperti: nya, pun, kah, tah, lah, ku, mu, dimasukkan saja dalam kategori akhiran. Mengapa sampai dikatakan demikian?
Rupanya tidak bisa dengan tegas dibedakan persoalan ejaan dan persoalan struktur. Semua bentuk di atas, kecuali pun yang dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) ditulis terpisah, dalam ejaan memang diikatkan dalam penulisannya dengan kata yang mendahuluinya. Ini adalah soal peraturan (lihat batasan tentang ejaan).
Tetapi dari struktur bentuk, unsur-unsur itu sifatnya lain. Pun, tah, kah bukan merupakan akhiran, tetapi merupakan partikel, semacam kata. Ku, dan mu jelas adalah kata ganti orang pertama dan kedua, yang merupakan dalam bentuk ringkas.
Yang agak pelik kedudukannya adalah bentuk nya.
Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nya.
1. Nya macam yang pertama adalah Kata Ganti Orang Ketiga Tunggal, baik dalam fungsinya sebagai Pelaku atau Pemilik. Dalam hal ini nya bukan berstatus akhiran.
2. Nya yang kedua adalah -nya yang berstatus akhiran.
2.4.1. Nya menyatakan Pelaku atau Pemilik
Sebagai Objek Pelaku, contoh; Ular itu dibunuhnya.
Sebagai Pemilik, yaitu suatu bentuk enklitis orang III: kudanya, kerbaunya, pintunya, bajunya, dan lain-lain.
2.4.2. Nya akhiran
Yang benar-benar merupakan akhiran adalah -nya yang mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengadakan transposisi atas suatu jenis kata lain menjadi kata benda (= substantivasi, yaitu pembendaan suatu kata, baik dari kata kerja maupun dari kata sifat):
merajalelanya penyakit itutimbul tenggelamnyabaik buruknya, dan lain-lain.
2. Menjelaskan atau menekan kata yang di depannya:
Tamunya belum datang.Ambillah obatnya dan minumlah.Di rumah itu ada tikusnya.
3. Menjelaskan situasi:
Ia belajar dengan rajinnya.Angin bertiup dengan amat kencangnya.Ia membaca dengan kerasnya.
4. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan mempergunakan akhiran nya ini:
agaknya, rupanya, sesungguhnya, sebenarnya, dan lain-lain.
2.5. Sufiks -man, -wan dan -wati
2.5.1. Bentuk
Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta;- bentuk sufiks -man dan -wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan,
- sedangkan, bentuk betina untuk masing-masing bentuk itu adalah -mati dan -wati.
Tetapi dalam bahasa Indonesia sufiks -mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiasikan dengan kata mati sebagai lawan kata hidup. Oleh sebab itu bentuk itu tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang sejajar dengan -man dipergunakan bentuk -wati, yaitu bentuk betina dari -wan.
2.5.2. Arti
Arti ketiga sufiks ini adalah: yang mempunyai, misalnya:seniman, cendekiawan, seniwati, budiman, karyawan, sukarelawati, wartawan, sukarelawan, gerilyawan, negarawan, hartawan, dan lain-lain.
2.6. Sufiks-sufiks asing
Selain dari akhiran yang sudah diperkatakan di atas, masih banyak lagi akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia bersama-sama dengan penerimaan kata-kata dasarnya.- Ada yang tidak dirasakan sebagai akhiran,
- ada yang masih dirasakan sebagai akhiran.
- Ada yang berfungsi untuk pembentukan kata benda,
- ada yang berfungsi untuk membentuk kata kerja
- serta ada pula yang berfungsi untuk membentuk kata sifat.
Umumnya kedudukan sufiks-sufiks itu belum stabil; ada orang yang ingin mempertahankannya sesuai dengan bentuk aslinya, ada pula yang berusaha untuk mengadaptasikannya sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dalam hal yang terakhir ini seringkali kita terbentur pada perbedaan rasa atau pendapat, karena tak ada patokan bentuk mana yang lebih sesuai dengan selera bahasa Indonesia.
Kita ambil sebuah contoh:
bentuk kata: fakultas. Pernah timbul bermacam-macam bentuk, ada yang memakai fakultas, ada yang mempergunakan fakultet, ada pula yang mempergunakan bentuk fakulteit. Tetapi akhirnya menurut selera kebanyakan orang sekarang bentuk fakultas lebih sering digunakan.
Dari sekian banyak bentuk sufiks asing ini, cukup saja kita menyebut beberapa:
-isme, is, er, if, ir, il (akhiran -il menurut Pedoman EYD lebih baik diganti dengan -al) dan lain-lain.
Contoh-contohnya banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran-koran, buku-buku dan sebagainya, seperti:
terorisme, aktivis, dokumenter, administratif, bankir, aktuil > aktual, dan lain-lain.
2.6. Sufiks -nda atau -anda
2.6.1. Bentuk
- Sufiks -nda dipakai pada kata-kata yang berakhir pada vokal,
- sedangkan -anda dipakai pada kata-kata yang berakhir dengan konsonan.
2.6.2. Fungsi
Mula-mula dipakai sebagai akhiran honorifik (penghormatan), untuk menyatakan penghormatan kepada sesuatu, misalnya:baginda
Kemudian lebih umum dipakai untuk menyatakan hubungan kekeluargaan:
ayahanda, ibunda, adinda, kakanda dan lain-lain.
***
Tugas Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini di buku tulis/kertas jawaban!1. Buatlah kalimat dengan kata-kata berakhiran -nya yang menyatakan milik.
2. Buatlah kalimat dengan kata-kata berakhiran -nya akhiran.
3. Buatlah kalimat dengan kata-kata berakhiran -man, -wan dan -wati.
4. Buatlah kalimat dengan kata-kata berakhiran -nda atau -anda.
***
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan