www.izzuka.com

#10 Awalan - awalan baru

 1.9.  Awalan-awalan baru

          Awalan-awalan baru ini, secara tradisional (dan diikuti oleh Komisi Istilah) semua kata jadian dianggap dibentuk dengan awalan. Namun, bila kita bertolak dari ciri-ciri imbuhan, maka semua unsur ini sebenarnya termasuk kata depan bukan awalan.



          Karena perkenalan dengan berbagai istilah asing, maka dirasa perlu menambahkan perbendaharaan bentuk-bentuk terikat dalam bahasa Indonesia. Lebih-lebih dalam terjemahan bermacam-macam prefiks asing, perlulah kita memperkaya bahasa Indonesia dengan bentuk-bentuk terikat yang baru. Oleh Komisi Istilah telah ditetapkan beberapa macam bentuk yang terikat untuk menterjemahkan prefiks-prefiks asing. Walaupun sudah ditetapkan oleh suatu badan yang kompeten, namun pemakaiannya tidak dapat dipaksakan, sehingga prefiks itu belum produktif tampaknya bagi pemakaian umum sehari-hari. Bentuk-bentuk itu lebih sering dipergunakan dalam bentuk artikel-artikel ilmiah, pendeknya dalam kehidupan keilmiahan. Kata-kata ini terkadang ada yang masih dipergunakan, dan ada juga yang telah ditinggalkan. Bentuk-bentuk yang dimaksud adalah:

1. Tak 

          Bentuk ini dipakai untuk mengimbangi istilah-istilah asing yang memakai prefiks asing a-. Gunanya untuk menidakkan suatu hal. Kata-kata;

asosial, amoral, asimetri, apatis
diimbangi dengan:
taksosial, taksadar, takorganik, takinsyaf, dan sebagainya.

2. Purba

  Prefiks ini disejajarkan dengan awalan-awalan asing ante: 

antedate, antedelivium. 
Dalam terminologi baru kita mendapat kata-kata: 
purbatanggal, purbakala, purbasangka.

3. Prati

  Kata-kata asing yang mengandung prefiks anti atau contra diimbangi dengan prati (diambil dari bahasa Sansekerta)

pratirasa (antipati), pratijangkit (antiseptis), pratikunjung, dan sebagainya.

4. Swa 

  Swa yang mengandung arti sendiri, dipakai untuk menggantikan prefiks asing auto

swadidik (autodidak), swakuasa (autokrasi), swariwayat (autobiografi); 
demikian pula dibentuk kata-kata lain seperti: 
swapraja, swasembada, swasta, swadaya, dan sebagainya.

5. Dwi

          Prefiks dwi senilai dengan bi- dalam bahasa-bahasa asing yang bermakna; dua

dwiwarna, dwiroda, dwiminggu, dwipihak, dwikora, dwipurwa, dan sebagainya.

Catatan: Di samping prefiks dwi-, kita temukan juga prefiks dengan kata-kata bilangan lain seperti: tri, catur dan panca, untuk menunjukkan kesatuan yang terdiri dari tiga, empat dan lima orang atau hal, misalnya: 

trikora, trirangkai, caturtunggal, pancatunggal, pancaindra, pancadharma, pancasila dan sebagainya.

6. Antar 

  Senilai dengan inter dalam bahasa asing: 

antartempat (=interlokal), antarnegara, antarsekolah, antarplanet, antarhubungan (interelasi), dan sebagainya.

7. Pra 

          Untuk menggantikan awalan-awalan asing yang artinya sebelum: pre-, prae-

pratinjau (preview), prasejarah (prehistorie), prasangka, prakarsa, prakarya, prasaran, prarasa, prasetya, dan sebagainya.

8. Serba 

  Dipakai sebagai awalan dengan arti; semua

serbabaru, serbaputih, serbaguna, serbasalah, dan sebagainya.

9. Anu

  Prefiks ini mengandung arti; sesudah

anumerta (posthumous = sesudah mati).

10. Tuna

  Prefiks ini dipakai dengan arti; kehilangan sesuatu, ketiadaan sesuatu:

tunakarya, tunasusila, tunanetra, tunatertib, tunawisma, tunasosial, dan sebagainya.

11. Ulang

  Untuk menyatakan bahwa sesuatu dibuat kembali dipergunakan prefiks ulang. Prefiks ulang sejajar atau senilai dengan prefiks re-, misalnya: 

ulang-cetak atau cetak-ulang (= reprint), ulang-buat atau buat-ulang, ulang-susun atau susun-ulang, dan sebagainya.

12. Maha

  Prefiks ini mengandung arti besar, dan diambil dari bahasa Sansekerta. Kata-kata yang mengandung prefiks maha yang sering dijumpai dalam bahasa Indonesia.

          Berikut, dua cara penulisan "maha"

1. Dipisah dengan kata berimbuhan: Maha Penyayang, Maha Pengasih, dan sebagainya. 

2. Dirangkai dengan kata dasar: Mahakuasa, mahaadil, mahasiswa, mahaguru, mahaputera, dan sebagainya

Catatan: "Maha Esa" ditulis terpisah karena telanjur dicantumkan pada Pancasila. Kapitalisasi (huruf kapital - huruf besar) hanya dipakai untuk nama Tuhan. 

Sumber: PUEBI dan https://x.com/ivanlanin/status/1080063274849169408

  Prefiks-prefiks baru ini sudah sering dipergunakan dalam pemakaian sehari-hari, terutama dalam kalangan orang-orang yang sudah berpendidikan. Daya tahan dan keproduktifannya tergantung kepada pemakai bahasa itu sendiri, dan kepada kebutuhan dalam pembentukan istilah-istilah atau pengertian-pengertian baru.

***

Mau belajar Bahasa Indonesia - KATA via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:

Atau, mau belajar Bahasa Indonesia - KATA via luring (offline)beli bukunyaTAP /KETUK > di bawah ini:

Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...