www.izzuka.com

#06 Prefiks atau awalan me- , pe- , dan per-

Morfologi – Imbuhan (Afiks)

Macam-macam imbuhan

  Dalam membicarakan imbuhan termasuk juga pembicaraan mengenai kata-kata berimbuhan. Hubungan keduanya adalah seperti ikan dan air. Tetapi agar uraian ini lebih menyempit, maka yang dititik-beratkan adalah imbuhan itu sendiri.

  Sebagai telah dikatakan di atas, kata-kata berimbuhan (berafiks) dapat dibagi atas kata-kata yang mengandung: prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Dalam uraian ini akan diikuti suatu urutan yang lebih berhubungan satu dengan yang lain, yaitu mula-mula prefiks, sufiks kemudian konfiks dan akhirnya infiks.

1. Prefiks atau awalan

  Prefiks atau awalan adalah; 

suatu unsur yang secara struktural diikatkan di depan sebuah kata dasar atau bentuk dasar.

  Untuk memperlihatkan hubungan tersebut secara konkret, maka dapatlah diberikan contoh berikut: 

Kata mempercepat terdiri dari; 

awalan me + N (= nasalisasi) + per + kata dasar cepat
  • Dalam hubungan dengan bentuk percepat
    • maka kata cepat sekaligus adalah kata dasar 
    • dan menjadi bentuk dasar bagi kata percepat. 
  • Sedangkan dalam bentuk mempercepat
    • N + percepat (mpercepat) adalah bentuk dasar dari mempercepat. 
  • Hubungan antara semua awalan dengan kata dasar itu adalah hubungan struktural, yaitu 
    • bahwa semua unsur itu merupakan bagian dari kata mempercepat.
  • Atau dapat disederhanakan, 
    • kata mempercepat terdiri dari: imbuhan memper + kata dasar cepat.
Catatan: 

  Nasalisasi adalah; 
proses mengubah atau memberi nasal (sengau) pada fonem-fonem. Dan, dalam menasalkan suatu fonem, orang tidak boleh sesuka hatinya, tetapi musti mengikuti kaidah-kaidah tertentu. Setiap fonem yang dinasalkan haruslah mengambil nasal yang homorgan. 

          Nasal yang homorgan artinya; 
nasal yang mempunyai artikulator dan titik artikulasi yang sama seperti fonem yang dinasalkan itu. Misal :
  • p dan b harus mengambil nasal m (karena bilabial yaitu bunyi yang sama-sama dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir, dan kedua belah bibir tersebut sekaligus menjadi artikulator dan titik artikulasinya). Misal: 
memahat (me + m +(p)ahat) , memberi (me + m + beri).
  • t dan d harus mengambil nasal n (karena dental yaitu bunyi yang sama-sama dihasilkan antara ujung lidah sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasinya). Misal: 
meniru (me + n(t)iru) , mendaki (me + n + daki).
  • k dan g harus mengambil nasal ng (karena velar yaitu bunyi yang sama-sama dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasinya). Misal:
mengacau (me + ng + (k)acau) , menggigit (me + ng + gigit).
  • dan sebagainya.
          
          Fonem (phone = bunyi, ema = mengandung arti) adalah; 
kesatuan yang terkecil yang terjadi dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti. 

Contoh: lari, dari, tari, mari.

          Jelas kita lihat, bahwa bila suatu unsur diganti dengan unsur lain akan terjadi perubahan arti yang terkandung dalam kata tersebut. Dalam contoh di atas adalah: 

la > da > ta > ma.

          Artikulator adalah; 
bagian dari alat ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan suatu bunyi.

          Titik artikulasi adalah; 
bagian dari alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.

1.1. Prefiks me-

1.1.1. Bentuk

  Dalam membentuk suatu kata dengan prefiks me-, perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:

a. Kata dasar yang dirangkaikan dengan prefiks me- pertama-tama mendapat proses nasalisasi (lihat kembali definisi nasalisasi beserta fonem apa saja yang mengalami proses nasalisasi).

b. Nasal yang didapat haruslah homorgan dengan fonem awal dari kata dasar itu.

c. Bila, 
  • fonem awal suatu kata adalah konsonan bersuara, maka fonem itu tidak luluh
  • Sebaliknya bila fonem awal dari kata dasarnya adalah konsonan tak bersuara maka fonem itu mengalami peluluhan.
besar > membesarkan (b konsonan bersuara, maka tidak luluh)
guna > menggunakan (g konsonan bersuara, maka tidak luluh)
pukul > memukul (p konsonan tak bersuara, maka luluh)
kasih > mengasih (k konsonan tak bersuara, maka luluh)
tata > menata (t konsonan tak bersuara, maka luluh)
sisir > menyisir (s konsonan tak bersuara, maka luluh)

Ada beberapa hal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, misalnya kata dasar yang mulai dengan fonem c konsonan yang tak bersuara, tetapi tidak mengalami peluluhan
curi > mencuri

Demikian pula beberapa kata lain, terutama yang asalnya kata-kata asing tidak mengikut syarat-syarat di atas:

terjemah > menterjemahkan
peduli > mempedulikan
mempropagandakan, mentakdirkan, mensahkan, mensubsidi, dan sebagainya.

Begitu pula kata-kata yang sudah mendapat awalan, fonem awalnya juga tidak mengalami peluluhan: 

memperbesar, 
memperbaiki, 
mempercepat, dan sebagainya (lihat kembali Nasalisasi).

Catatan: 
Konsonan adalah;
bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan.

Berdasarkan turun-tidaknya pita suara bergetar, kita dapat membagi konsonan atas:
  • Konsonan bersuara: bila pita suara ikut bergetar: b, d, n, g, w, dan sebagainya.
  • Konsonan tak bersuara: bila pita suara tidak bergetar: p, t, c, k, s, dan sebagainya.

1.1.2. Fungsi

  Fungsi yang utama dari prefiks me- adalah; 

membentuk kata kerja, baik transitif maupun intransitif.

1.1.3. Arti

  Bidang arti yang dapat didukung oleh prefiks me- dapat ditinjau dari dua segi berdasarkan fungsi me- itu: 
  • pertama sebagai unsur pembentuk kata kerja intransitif 
  • dan kedua sebagai unsur pembentuk kata kerja transitif.
a. Kata Kerja Intransitif (tidak membutuhkan objek)
1. Mengerjakan sesuatu perbuatan atau gerakan:
 
menulis, membaca, mengembara, mendidih, merangkak, melompat, dan sebagainya.

2. Menghasilkan atau membuat sesuatu hal:

mengeong, mencicit, meringkik, menyalak, dan sebagainya.

3. Bila kata dasarnya menyatakan tempat, maka kata yang mengandung me- itu berarti menuju ke arah

menepi, menyisi, meminggir, merantau, mengiri, melaut, mendarat, dan sebagainya.

4. Prefiks me- dapat juga diartikan dengan berbuat seperti, berlaku seperti atau menjadi seperti: 

merajalela, membabibuta, membatu, menyemak, menghutan, dan sebagainya.

5. Bila kata dasarnya kata sifat atau kata bilangan maka me- mengandung arti menjadi:

meninggi, merendah, memutih, mendua, dan sebagainya.

6. Suatu variasi lain dari me- + kata bilangan adalah membuat untuk kesekian kalinya, terutama dalam beberapa ungkapan seperti: 

menujuh hari, meniga hari, dan sebagainya.


b. Kata Kerja Transitif (membutuhkan objek)
1. Melakukan suatu perbuatan

menulis, menikam, menyiksa, membuang, menangkap, dan lain-lain.

2. Mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam kata dasar: 

menyabit, memarang, menyapu, mengapak, dan lain-lain.

3. Membuat atau menghasilkan apa yang disebut dalam kata dasar: 

menyambal, menggulai, dan lain-lain.

  Dalam pemakaian bahasa sehari-hari terdapat beberapa kata yang dapat menimbulkan keraguan sebab dapat dikira mengandung prefiks me-. Bandingkan kalimat-kalimat berikut:

Tembakannya mengenai sasarannya.
Anak itu menurut perintah orang tuanya.

dengan

Mengenai masalah itu telah diperbincangkan sematang-matangnya.
Menurut kabar terakhir pembegal itu sudah diringkus.
Menjelang fajar kami telah bertolak dari kampung.
          Dalam kalimat kelompok pertama
  • jelas unsur me- itu adalah prefiks
  • bentuk itu dapat dipulangkan kepada kata-kata dasar: kena, turut:
tembakan kena sasarannya
anak itu turut perintah orang tuanya

  Dalam kalimat kelompok kedua kita tidak dapat berbuat seperti itu, 
  • dengan kata lain struktur kata-kata itu dalam kelompok kedua tak dapat dirusakkan atau dipecahkan lagi. 
  • Kalau struktur itu dirusakkan maka arti dan fungsinya sebagai kita dapati dalam konteks itu lenyap sama sekali. 
  • Kata-kata itu dalam perkembangannya telah bertumbuh menjadi sebuah morfem dasar yang baru.

1.2. Prefiks pe-

1.2.1. Bentuk

  Pembentukan suatu kata dengan prefiks pe-, oleh tata bahasa-tata bahasa lama umumnya digabungkan saja dengan prefiks per-. Di sini akan benar-benar dipisahkan dua hal yang berlainan yaitu, antara:

1. Pe-, 
  • pe- + Nasal
  • kadang-kadang juga per-, sebagai suatu prefiks yang tersendiri untuk membentuk kata benda.
2. Per-, sebagai prefiks untuk membentuk kata kerja.
          Dalam pasal ini hanya akan dibicarakan prefiks pe- jenis pertama.

  Mengapa dalam segi bentuk kita berjumpa dengan beberapa variasi bentuk pe-, misalnya: 
  • pe-, 
  • pe- + Nasal, 
  • per- 
  Pertama-tama harus dibedakan dua hal yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut:

a. Pembentukan kata suatu kata baru 
  • langsung dengan prefiks pe-
  • biasanya langsung dari suatu kata benda atau kata sifat, misalnya: 
petani, pelaut, peladang, pemarah, perusak, dan sebagainya.
b. Pembentukan kata baru 
  • melalui pembendaan (substantivasi) suatu kata kerja yang mengandung prefiks me-
  • Dalam hal ini kata dasar yang mendapat awalan pe- itu juga mendapat nasal seperti terjadi dengan awalan me-, misalnya: 
membaca - pembaca, 
mencuri - pencuri, 
mengawal - pengawal, 
menggali - penggali, 
dan lain-lain.
  • Dengan demikian kita dapat memahami mengapa kita bisa mendapat bentuk-bentuk seperti: 
petunjuk, penunjuk, 
pesuruh, penyuruh, 
dan sebagainya.

1.2.2. Fungsi

  Fungsi dari prefiks pe- adalah membentuk kata benda.

1.2.3. Arti

  Arti yang mungkin didukung oleh prefiks pe- adalah:

1. Menyatakan orang yang mengerjakan sesuatu (persona agentis)

pelempar, pembuat, pembaca, pengawal, dan sebagainya.

2. Menyatakan alat

penggali, penglihat, perasa, dan sebagainya.

3. Menyatakan sesuatu yang di-

petunjuk, penampung, pesuruh, petarung.

4. Menyatakan orang yang biasa bekerja di suatu tempat

pelaut, peladang.

5. Menyatakan sesuatu atau seseorang yang mempunyai sifat itu: 

pemarah, pemalas.

6. Orang yang gemar membuat sesuatu: 

pemakan, pencandu, penjudi, dan lain-lain.
          Bila orang melihat kata-kata seperti: perwira, perdana, pertiwi dan lain-lain, orang akan menduga bahwa kata-kata tersebut mengandung prefiks pe-. Kalau itu benar kita harus menetapkan bahwa dalam bahasa Indonesia harus terdapat kata-kata wira, dana, tiwi yang menjadi kata dasarnya. Ternyata unsur per- adalah bagian yang mutlak dari kata-kata tersebut, sehingga tidak bisa dipecahkan. Dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia tampak bahwa kata-kata itu berasal dari bahasa asing.

  Begitu pula pe- pada kata-kata seperti: peparuh, pepohon, dan lain-lain bukanlah awalan, karena peristiwa pembentukannya mengikuti suatu proses yang lain sekali.

         Jadi ada dua hal yang harus diperhatikan agar jangan salah menentukan prefiks pe-:

1. Proses yang disebut adaptasi bentuk
yaitu proses penyesuaian bentuk-bentuk kata asing dengan suatu bentuk yang sudah ada dalam bahasa Indonesia, dalam hal ini dengan bentuk pe-:

prthivi (Sansekerta) > pertiwi
prathama (Sansekerta) > pertama
patala (Sansekerta) > petala (lapis)
parama + isvari (Sansekerta) > permaisuri
pravira (Sansekerta) > perwira
prakara (Sansekerta) > perkara
pradana (Sansekerta) > perdana
fadluli (Arab) > peduli
plezier (Belanda) > pelesir (bertamasya)
pleister (Belanda) > pelester > plester

2. Proses yang disebut dwipurwa, 
yaitu pengulangan suku kata yang pertama. Dalam pengulangan ini vokal dari suku kata yang pertama dilemahkan sehingga menjadi e pepet:

pohon > popohon > pepohon > pepohonan (pohon-pohonan)
paru > paparu > peparu (paru-paru)
rumput > rurumput > rerumput > rerumputan
runtuhan > ruruntuhan > reruntuhan
laki > lalaki > lelaki

1.3.  Prefiks per-

1.3.1. Bentuk

  Prefiks per- sebagai imbuhan untuk membentuk kata kerja juga mengalami variasi bentuk 
  • menjadi pe-, terutama pada kata-kata yang mulai dengan fonem /r/ misalnya: 
perendah, perebut, dan sebagainya. 
  • Karena fungsi per- di sini adalah membentuk kata kerja maka dalam hal ini dapat digabungkan lagi dengan prefiks me- dengan ketentuan fonem /p/ dalam prefiks per- tidak boleh diluluhkan:
mempertinggi
memperbesar
memperkecil

1.3.2. Fungsi

  Sebagai telah dikatakan di atas fungsi per- di sini semata-mata bertugas untuk membentuk kata kerja.

1.3.3. Arti

  Arti yang didukung per- dalam pembentukan kata kerja pada umumnya mengandung arti kausatif, yaitu menyebabkan terjadinya atau adanya sesuatu. Arti kausatif ini dapat diperinci lagi dengan:

1. Menjadikan, membuat sesuatu jadi:

perbudak, perhamba, dan lain-lain.

2. Memanggil atau menganggap sebagai:

pertuan, peradik, dan lain-lain.

3. Bila kata dasarnya kata bilangan maka arti yang didukung adalah: membagi, membuat jadi
perdua, perlima, persepuluh, dan sebagainya.

4. Bila kata dasarnya kata keadaan maka berarti: membuat lebih, misalnya: 

pertinggi, perburuk, perbesar, perhebat, dan lain-lain.

5. Arti lain yang dikandung oleh per- adalah menyatakan intensitas

perturut (selalu mengikuti walaupun buruk)

Tugas Latihan

  Jawablah pertanyaan di bawah ini di buku tulis/kertas jawaban!
1. Buatlah kalimat dengan kata-kata berawalan me- yang berarti:
  • Menjadi
  • Menuju ke arah
  • Mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam kata dasarnya.
  • Membuat atau menghasilkan apa yang disebut dalam kata dasarnya.

2. Buatlah kalimat dengan kata-kata berawalan pe- yang berarti:
  • Menyatakan orang yang biasa bekerja di suatu tempat
  • Menyatakan sesuatu atau seseorang yang mempunyai sifat itu.
  • Orang yang gemar membuat sesuatu.

3. Buatlah kalimat dengan kata-kata berawalan per- berikut:
  • mempertinggi
  • memperumit
  • memperbudak
  • memperturutkan

***

Mau belajar Bahasa Indonesia - KATA via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:

Atau, mau belajar Bahasa Indonesia - KATA via luring (offline)beli bukunyaTAP /KETUK > di bawah ini:

Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...