#25 Dasar-dasar Deskripsi Tempat
Tempat yang menjadi latar suatu peristiwa biasanya digambarkan dengan bermacam-macam cara, sesuai keadaan atau selera penulis. Ada beberapa dasar-dasar yang perlu diketahui penulis, sebelum menetapkan cara manakah yang paling baik dalam mendeskripsikan suatu tempat:
Suasana hati
Dalam melukiskan suatu latar tempat, penulis harus menetapkan suasana hati yang paling dominan untuk dijadikan landasan. Karena, berhasil atau tidaknya kesan yang ditimbulkan tergantung dari hubungan timbal balik antara tempat dan suasana hati. Hanya saja, terkadang dalam kisah nyata kita temui suatu latar tempat yang tidak sesuai dengan suasana hati tokoh utama. Karena, memang demikianlah kenyataannya. Lain halnya dengan cerita fiktif (fiksi), mudah saja penulis membohongi pembaca, karena tempat bisa diciptakan begitu saja.
Perhatikan contoh berikut yang telah pernah dihadirkan dengan judul "Takut":
Aku duduk di kursi kiri Kijang pick up itu. Sementara Ersi mengemudi di kursi kanan. Jalan aspal yang kami susuri mulai menanjak. Mobil pick up berbentuk kotak-kotak layaknya Cybertruck itu mulai meraung-raung, terengah-engah mengambil nafas panjang. Di kanan-kiri kami mulai nampak terbentang pepohonan teh bak karpet hijau yang empuk. Di depan kami agak ke kiri nun jauh di sana berdiri anggun bukit Puncak Pass. Kabut tipis menyelimuti lerengnya. Pohon-pohon cemara bergerombol di beberapa lerengnya, tertiup angin semilir daunnya melambai-lambai bagaikan mengucapkan selamat datang kepada kami. Sungguh indah negeri ini!
Jelas, tampak suasana hati sang tokoh dalam kondisi senang, bahagia ketika pemandangan indah di daerah kebun teh Puncak Pass, Bogor terdeskripsikan.
Amati juga, contoh berikut:
Derai rintik hujan bagaikan mengucapkan selamat datang di kota Curup kepada aku, Bapak dan Ibu yang sedang melaju di atas mobil Jeep Mambo tipe chasis panjang beratap kanvas. Bapak memegang kemudi di sebelah kanan, Ibu duduk di kiri, sedang aku di tengah. Tempat duduk mobil bagian depan memang tersambung, sehingga kami bertiga bisa duduk di depan semua, apalagi badanku yang kurus, sangat mudah diselipkan diantara Bapak dan Ibu.Hawa dingin menyelubungi kota. Kota Curup memang kota yang terletak di pinggang pegunungan Bukit Barisan. Mobil yang kami naiki melaju lebih lambat dari sebelumnya. Barisan rumah-rumah sekaligus toko-toko yang rapat berjajar di kanan-kiri jalan. Ada saluran air berupa kali kecil di salah satu sisi jalan. Air jernih dari pegunungan senantiasa mengalir pada saluran tersebut. Jalan yang kami lewati sepi, hanya satu dua kendaraan saja yang lewat. Hujan gerimis membuat penghuni kota berpikir ulang untuk keluar rumah. Jika tidak penting-penting banget, lebih baik meringkuk dalam gulungan selimut ditemani hangatnya kepul asap kopi khas Curup.Aku tahu, hal itu menandakan kami telah mendekati rumah yang akan kami tuju. Karena telah berulang kali, kami menuju tempat itu.Jika suasananya lain, maka atmosfir kota Curup yang sejuk dan sedang dibasuh rintik hujan berderai-derai membuat kita akan selalu baper dalam suasana syahdu.Namun, sungguh sekarang aku dalam suasana pada waktu dan tempat yang tidak tepat sama sekali. Aku sedang rusuh, tegang akan menghadapi sesuatu yang pada hari-hari belakangan ini aku sangat takuti.Lengkapnya silakan baca pada bagian Lampiran dengan judul "Dislokasi"
Terlihat jelas, suasana kota yang syahdu dengan rintik hujannya, akan tetapi sang tokoh suasana hatinya tak dapat menikmatinya. Karena ia sedang rusuh akan menghadapi sesuatu yang sangat ditakutinya. Nah, di sini kita temui suatu latar tempat yang tidak sesuai dengan suasana hati tokoh utama.
Bagian yang relevan
Dengan maksud dan tujuan suasana yang dicerap,- penulis musti menyeleksi bagian-bagian manakah yang paling relevan untuk dideskripsikan,
- sehingga dapat memunculkan suasana yang diinginkan.
Karena, jika deskripsi yang digambarkan adalah seluruh detail-detail yang ada pada latar tempat, maka itu semua belum tentu akan memicu kesan dan sugesti perasaan yang dimaksud kepada pembaca. Bisa jadi ada perincian yang justru akan bertentangan dengan kesan yang dimaui.
Kegagalan dalam memilih detail-detail deskripsi akan mengakibatkan pula kepada pembaca tak dapat terciptanya suasana hati dalam benaknya.
Coba, perhatikan contoh berikut:
Aku masih ingat, kejadian menggemparkan itu. Pagi itu bukan hari Senin. Karena kami memakai seragam baju putih dan bawahan coklat muda, bawahan spesial SMP C. Karena, jika hari Senin biasa kami memakai putih-putih.Pagi masih menyisakan dinginnya, ketika kami murid-murid SMP C akan bersiap memulai hari untuk belajar. Lonceng sekolah belum berdentang. Sehingga murid-murid masih banyak di luar kelas, ada yang mengobrol, ada yang baru sampai, sebagian murid ada yang telah berada di dalam kelas, mempersiapkan buku, ada juga yang menyelesaikan PR yang belum selesai dikerjakan tadi malam di rumah. Semua menunggu lonceng dipukul tepat pukul 07.00.
Lengkapnya silakan baca pada bagian Lampiran dengan judul "Terpukau"
Suasana yang dilukiskan pada kutipan di atas, adalah
- suasana pagi sesaat sebelum jam masuk ke kelas pada suatu sekolah.
- Mungkin saja di depan sekolah, tepatnya di jalan depan sekolah juga ada deskripsi lalu lalang kendaraan, orang jualan jajanan dan sebagainya.
- Namun hal tersebut tak perlu diungkapkan pada deskripsi di atas karena tidak mendukung suasana yang diinginkan,
- yaitu semua murid konsentrasi, dan fokus akan menghadapi pelajaran.
- Dan, suasana dalam keadaan tenang.
- Namun, setelah itu memang tiba-tiba ada kejadian yang menggemparkan seluruh sekolah.
- Efek menggemparkan itu akan semakin terasa ketika didahului suasana tenang tersebut, dan memang seperti itulah realitas suasana peristiwa tersebut, tidak dibuat-buat atau tidak mengandung kedustaan khayalan belaka.
- Sehingga cukup itulah detail-detail deskripsi yang disajikan untuk menimbulkan efek dramatis mengejutkannya.
Maka, seorang penulis Kisah Nyata haruslah jeli menemukan momen-momen potensial untuk ditulis sebagai kisah beraroma impresionistis, dan mampu menggambarkannya dengan teknik bercerita yang membuat pembaca merasa nikmat dan terhibur. Lebih dari itu, pembaca akan merasakan pesan dan hikmah Kisah Nyata yang lebih mendalam.
Urutan penyajian
Setelah menetapkan suasana hati, dan menyeleksi bagian-bagian yang relevan terhadap suasana hati yang ingin disajikan, maka penulis musti memutuskan urutan manakah yang paling baik untuk penyajian detail-detail objek yang dideskripsikan. Bagian mana yang didahulukan, dan bagian mana yang dikemudiankan.Beberapa pedoman dalam urutan penyajian detail-detail objek yang dideskripsikan:
- Jika penulis menyusun urutan tersebut berdasarkan tingkat kepentingannya menuju kepada suatu kepentingan yang paling tinggi, maka penulis membuat urutan bersifat klimaks.
- Jika tidak, maka kebalikannya dari klimaks yaitu penulis mulai dari bagian yang paling penting, lalu berangsur-angsur turun menuju kepada paling rendah kepentingannya, bisa kita sebut urutan bersifat anti klimaks.
- Agar suatu deskripsi aktual, untuk menggambarkan imajinasi deskripsi suatu tempat,
- perlu observasi, riset,
- dan membuat daftar detail-detail penting dari objek.
- Hanya saja terkait "penting" ini bukan detail yang paling menonjol dari suatu tempat, tetapi "penting" terkait peristiwa yang terjalin di dalam latar tempat tersebut.
Misalkan:
Penulis akan menceritakan suatu hutan alang-alang di tepi pantai hutan bakau, di daerah Pulau Bai, Bengkulu. Dalam kisah tersebut, difokuskan bahwa di daerah tersebut terkenal banyak binatang harimau. Sehingga, jika pendekatannya yang diinginkan adalah impresionistis, maka suasana yang ditimbulkan, adalah suasana mencekam dan menakutkan. Binatang harimau di tempat itu sering mencakar-cakar kukunya di akar-akar pohon bakau. Maka detail-detail yang memegang peranan sangat penting adalah pohon bakau, terkhusus akarnya yang banyak bekas guratan-guratan kuku harimau, karena terkait jalannya peristiwa hutan yang terkenal banyak hewan harimau yang menakutkan.Sedangkan suasana pantai dan padang alang-alang hanya disinggung sepintas saja secara umum, karena dianggap kurang penting dalam mendukung suasana mencekam dan menakutkan dalam kisah.
- Detail-detail yang relevan yang dimasukkan dalam daftar perincian penulis adalah yang bisa dicerap pancaindera manusia.
- Namun, meskipun detail-detail tersebut hanya yang bisa dicerap pancaindera, tetap musti ada hubungannya atau berpengaruh kepada suasana hati yang timbul sesuai tema peristiwa.
Jadi kesimpulannya, dalam membuat deskripsi tempat, dasar-dasarnya adalah;
1. tetapkan dahulu suasana hati tokoh,
2. lalu mana bagian-bagian yang relevan yang berpengaruh pada suasana hati,3. dan terakhir putuskan urutan penyajiannya.
Setelah ini, kita akan masuk pada bahasan materi Pola Sudut Titik Pandangan, yaitu darimana objek atau suatu tempat dapat dipandang.
***
Mau belajar menulis Kisah Nyata via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan