#21 Bahasa Kiasan
Sejatinya Bahasa Kiasan atau disebut juga Bahasa Figuratif masih termasuk dalam ranah "pilihan kata", tetapi dalam lingkup yang lebih sempit.
Bahasa Kiasan merupakan alat yang paling umum dipakai dalam wacana tulisan Deskripsi, tetapi tetap harus digunakan secara cermat dan tepat. Di antara kelemahan Bahasa Kiasan adalah:
✓ Jika terlalu sering dipakai akan membosankan dan menjemukan.✓ Jika tidak memiliki kesegaran, akan menimbulkan kekesalan para pembaca. Ini terjadi karena bahasa kiasan yang dipakai tidak lagi mampu mendukung tatanan kehidupan yang baru. Kiasannya tidak kekinian, dan itu-itu lagi.
Metafora
Salah satu bentuk Bahasa Kiasan yang paling umum adalah Metafora. Yaitu, bahasa kiasan yang terjadi karena pemindahan arti. Suatu kata lama dipakai dengan arti yang baru.Proses metafora dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Kata-kata "kaki, mata, lengan" misalkan, merupakan kata-kata yang hanya dipakai untuk manusia dan hewan.
- Namun, kemudian digunakan juga untuk "kaki meja, kaki bangku, mata pancing, lengan baju", dan sebagainya.
- Nah, di sini terjadilah pemindahan arti, yakni suatu kiasan.
- Meja, bangku, pancing, baju seakan-akan mempunyai kaki, mata dan lengan.
- Saking seringnya orang memakainya, sehingga tidak merasakan lagi sifat kiasannya.
Ketika membuat metafora, seorang penulis musti berusaha,
- membuat metafora yang masih memiliki tenaga hidup, masih segar,
- dan mampu merangsang daya imajinasi pembaca.
- Metafora yang hidup adalah masih memiliki kelanggengan, masih sanggup memberi warna yang hidup pada objek,
- dan sanggup menampung beban sikap hidup kekinian.
Berikut contoh kutipan suatu deskripsi yang mempergunakan metafora yang memberi kesan dan sugesti yang hidup.
Bila bulan terang seperti malam ini, seorang lelaki muda berjalan di jalan itu. Bulan memeluknya dan berjalan bersamanya. Di bawah pepohonan di samping jalan sekali-kali bayangan memisahkan bulan darinya. Ketika ia sampai di tujuan, bayangan mendekap tubuhnya karena ia dekat pohon besar yang tegak rindang. Hanya leher dan kepalanya keluar dari bayangan bersama bulan.
Metafora-metafora di atas, yaitu rangkaian kata yang tercetak tebal, bisa jadi dikatakan segar dan hidup, karena:
1. Bukan bahasa klise. Klise maksudnya adalah sering dipakai, sehingga timbul kebosanan. Kiasan di atas ciptaan dari penulis.2. Memiliki tenaga untuk menimbulkan daya imajinasi yang kuat, sehingga mampu menghidupkan deskripsi.3. Metafora tersebut masih sanggup menampung beban sikap hidup kekinian.
Ada metafora-metafora yang telah membeku, dan tak memiliki tenaga lagi, seperti:
✓ Matanya seperti bintang timur.✓ Dagunya seperti lebah bergantung.✓ Wajahnya bagaikan bulan purnama.
Ada lagi metafora-metafora yang statusnya di tengah-tengah antara kedua jenis metafora di atas. Hendak dikatakan mati, nyata-nyatanya masih sering dipakai. Mau dibilang masih segar dan hidup, realitasnya tidak, karena sering dipakai. Misalnya:
✓ Pemuda adalah bunga bangsa.✓ Lelaki itu adalah buaya darat.
Jadi dalam deskripsi, metafora dapat dipakai dengan dua tujuan:
1. Metafora membuat deskripsi lebih hidup, seolah-olah pembaca berhadapan langsung dengan objek.2. Metafora memungkinkan pembaca menginterpretasikan sikap yang ia ambil terhadap objek atau hal yang dideskripsikan.
Jika seorang penulis mendeskripsikan seseorang yang berjalan di bawah sinar bulan, maka ada 3 macam deskripsi, yaitu:
1. Deskripsi secara umum, dengan kata-kata "Bulan menyinarinya". Kita belum tahu bagaimana bulan menyinari orang tersebut. Rangkaian kata tersebut mempunyai sedikit kemungkinan untuk mengarahkan imajinasi pembaca kepada wujud sebulat-bulatnya bagaimana bulan tersebut.2. Deskripsi dengan sifat klise, dengan kata-kata "Bulan bersamanya", maka deskripsi ini sudah lebih baik, karena lebih mengarah kepada hal yang konkret, sesuatu yang bisa dilihat, dicerap oleh pancaindera. Namun metafora ini masih terlalu klise. Pembaca hanya mampu membayangkan sedikit, tanpa banyak kemungkinan mengadakan interpretasi. Tenaga imajinasinya telah pudar, karena rangkaian kata itu telah sering digunakan penulis yang lain.3. Deskripsi dengan bahasa kiasan yang tidak klise, dengan rangkaian kata "Bulan memeluknya dan berjalan bersamanya", deskripsi ini juga menggunakan metafora. Namun, metaforanya tidak bersifat klise. Imajinasi akan menjadi lebih segar dan hidup. Karena, dengan rangkaian kata-kata tersebut telah tercipta imajinasi pembaca, dan telah digerakkan pula daya interpretasi pembaca kepada kebersamaan bulan yang sangat harmonis dan mesra.
Kita lihat satu contoh lagi, tentang bulan juga:
"... rembulan menggosok-gosokkan tubuhnya ke pucuk-pucuk para ..."
Sumber: Puisi "Balada Terbunuhnya Atmo Karpo" oleh WS Rendra.
Cobalah perhatikan dengan teliti dan dengan penjiwaan potongan kalimat dari syair tersebut! Apakah benar rembulan tersebut menggosok-gosokkan tubuhnya ke pucuk-pucuk para? Pasti tidak begitu maksudnya.
Dari kalimat di atas, kita menebak sesungguhnya bukan sang rembulan yang bergerak, akan tetapi;
✓ pucuk-pucuk paralah yang bergoyang kesana kemari karena tiupan angin.✓ Dan, kita langsung mengerti momen tersebut terjadi di saat malam hari, karena adanya kata "rembulan".✓ Coba amati kembali potongan kalimat tersebut. Subhanallah! Penyair sanggup menghadirkan "angin" dan "malam" tanpa menggunakan kedua kata tersebut! Indah sekali!
Kata-kata ibarat "pakaian" yang dipakai oleh hati dan pikiran kita. Tiap kata memiliki tenaga. Setiap penulis harus mengetahui "tenaga" setiap kata, agar ia mampu menggerakkan orang lain dengan "tenaga" dari kata-kata yang dipergunakannya. Masya Allah!
Semakna itu pula, pernyataan bahwa;
Lisan itu adalah sendok atau tukang pos dari isi hati manusia, hatinya seolah-olah kuali atau pancinya sendok tersebut. (Ucapan al-Ustadz Usamah Mahri dalam Kajian Raudhatul Uqala' penulis Ibnu Hibban al-Busti). Subhanallah!
***
Mau belajar menulis Kisah Nyata via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan