#16 Pengertian Deskripsi
Deskripsi atau pemerian adalah,
suatu wacana tulisan, dimana merupakan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.
Kata "deskripsi" mempunyai arti "menulis tentang", "membeberkan sesuatu hal". Kata "pemerian" dengan kata dasar "peri", dan kata kerja "memerikan" yang bermakna "melukiskan sesuatu hal".
Dalam wacana tulisan deskripsi,
- penulis mengungkapkan kesan-kesan,
- hasil pengamatannya
- serta perasaannya kepada para pembaca.
Penulis menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek yang diamati. Tujuan yang ingin dicapai adalah menciptakan daya khayal (imajinasi) kepada para pembaca. Sehingga seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan sesuai dengan apa yang dialami secara nyata oleh penulisnya.
Ada lagi deskripsi yang mungkin tidak menimbulkan daya khayal, kesan atau perasaan tertentu. Misalnya,
deskripsi tentang bagian-bagian mesin sebuah kapal laut secara terperinci.
Deskripsi tersebut sama sekali tidak menginginkan kesan tertentu. Deskripsi yang demikian disebut Deskripsi Ekspositoris. Sedang deskripsi yang menimbulkan daya khayal (imajinasi) disebut Deskripsi Impresionistis.
Deskripsi Impresionistis bermaksud
- menciptakan suatu pengalaman pada diri pembaca yang menimbulkan suatu kesan atau interpretasi.
- Penulis akan memilih rangkaian kata-kata untuk menggambarkan ciri, sifat dan watak objek tersebut
- sehingga dapat menimbulkan perasaan tertentu kepada pembaca.
Dengan kata lain Deskripsi Impresionistis berusaha menciptakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut melalui imajinasi pembaca.
Sedangkan, Deskripsi Ekspositoris hanya bertujuan memberi identifikasi atau informasi suatu objek agar pembaca mengetahuinya secara tepat. Ia tidak berusaha menciptakan kesan atau imajinasi pada diri pembaca.
Dalam kenyataannya kedua deskripsi ini saling bertumpang tindih. Karena di samping kedua deskripsi tersebut, ada deskripsi yang menginginkan informasi sekaligus terjalin pula dengan kesan dan imajinasi.
Deskripsi dan Pencerapan
Deskripsi Impresionistis mempunyai kaitannya yang erat dengan keadaan, sifat dan penampakan sesuatu di dunia kita. Artinya sesuatu itu mampu dicerap oleh pancaindera kita, maka perlu dijelaskan pengertian pencerapan pancaindera.Jika ada seseorang mengatakan,
"Pohon itu sangat rindang."
Maka, perkataan tersebut menjelaskan kepada kita bahwa indera penglihatannya mencerap pohon tersebut dengan sifat dan ciri-ciri khusus yang disebut "rindang".
Contoh lain, seperti pernyataan-pernyataan
"murottal itu sangat merdu, bunga itu semerbak baunya, kopi itu amat pahit, kasur itu empuk" dan sebagainya.
Penyampaian-penyampaian tersebut berturut-turut mengungkapkan kepada kita cerapan pancaindera kita dalam hal pendengaran, penciuman, perasa (lidah), dan peraba (kulit).
Namun, pernyataan-pernyataan tersebut masih terlalu global, dan belum tentu bisa dimasukkan dalam kategori pemerian atau deskripsi.
Mengapa demikian?
Karena belum mampu menciptakan perasaan dan interpretasi dalam diri pembaca, tentang ciri-ciri, sifat dan hakikat objek yang dideskripsikan.
Mengapa suatu pohon disebut "rindang"?
✓ Bagaimana taraf kerindangannya?✓ Berapa jumlah cabang-cabangnya?✓ Berapa panjang dahan-dahannya?✓ Bagaimana peranan dedaunannya terhadap pohon tersebut?
Sehingga, seluruhnya dapat terwujud pada sebatang pohon yang "rindang".
Suatu objek deskripsi tidak hanya terbatas pada apa yang sanggup dilihat, didengar, dicium, dirasa atau diraba. Namun, kita mampu pula mengadakan deskripsi dengan perasaan hati. Boleh jadi perasaan yang timbul terhadap suatu objek deskripsi berupa: ketakutan, kecemasan, keengganan, kejijikan, cinta, terharu, benci, dendam, dan sebagainya.
Suasana perasaan dapat timbul dalam suatu peristiwa, semisal keadaan perasaan yang timbul oleh sangat panasnya terik matahari, atau dinginnya musim dingin yang mencekam. Seluruhnya bisa dideskripsikan secara cermat oleh seorang penulis yang terampil. Lebih dari itu, ia sanggup mengungkapkan apa yang dipikirkan atau direncanakan akibat kondisi perasaan yang tersulut.
Seorang penulis yang piawai tak akan merasa puas dengan pernyataan-pernyataan yang umum. Bahkan, jika perlu ia justru menghindari kata-kata umum tersebut seperti "rindang", "merdu", "semerbak", dan sebagainya.
Oleh sebab itu, deskripsi menghendaki pengamatan suatu objek dengan cermat dan tepat. Penulis musti menyajikan rincian-rincian dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman faktualnya, sehingga tampak objek tersebut benar-benar hidup di pikiran para pembaca.
Contoh saja,
"bunyi yang nyaring"
tidak dideskripsikan bunyi yang nyaring saja, tetapi musti didetailkan ke dalam berbagai nuansa, sesuai karakter dan sifat bunyi yang dicerap oleh pendengaran. Bunyi yang nyaring tersebut, bisa diungkapkan dalam beragam bentuk berbeda, sesuai sifatnya. Seperti:
✓dentum ✓degam ✓degar ✓gedebuk ✓gemerincing ✓gerdam ✓pekik ✓lolong ✓raung ✓ratap ✓jerit ✓teriak , dan sebagainya.
Demikian pula untuk pencerapan pancaindera yang lain, bisa dirinci seperti contoh di atas.
Maka, dalam mengolah suatu deskripsi yang baik, dituntut dua perkara:
1. Kemampuan berbahasa dari sang penulis, yang kaya akan nuansa dan bentuk.2. Kecermatan pengamatan dan ketelitian penyelidikan.
Dengan kedua hal tersebut, seorang penulis sanggup menggambarkan objek dengan rangkaian kata-kata yang penuh makna dan tenaga. Sehingga para pembaca dapat menerima penggambaran penulis seolah-olah mereka melihat sendiri di hadapan mereka.
Diksi atau pilihan kata yang tepat dapat menciptakan gambaran yang hidup dan segar dalam imajinasi pembaca. Kata-kata khusus dapat mewakili perbedaan-perbedaan yang sangat kecil dan halus dari apa yang dicerap oleh pancaindera. Bersamaan itu pula, perbedaan yang sangat rinci itu mustilah membentuk satu kesatuan yang kompak tentang objek tersebut.
Mungkin kita ingat di dalam bentuk wacana tulisan Kisah Impresionistis, juga ada istilah show don't tell. Dimana, itu merupakan teknik bercerita secara rinci tentang tindak-tanduk seorang tokoh dalam kisah tersebut. Perbuatan seorang tokoh mampu dipecah atas komponen-komponen perbuatan. Dan, komponen-komponen perbuatan itu dirangkai dalam satu kesatuan perbuatan. Sehingga para pembacapun bisa menyerap kalimat-kalimatnya di dalam pikiran. Tujuannya sama, yaitu menstimulus imajinasi atau daya khayal para pembaca.
Demikian pula Deskripsi Impresionistis, hanya saja perbedaan yang didetailkan bukan perbuatan, akan tetapi sifat, ciri-ciri dari suatu objek.
Hubungan Deskripsi dengan Wacana Tulisan yang lain
Pertama, kita musti tahu dulu perbedaan antara berbagai wacana tulisan itu karena apa. Perbedaannya tersebut didasarkan atas maksud tujuan penulisan.✓ Tulisan-tulisan yang bersifat Ekspositoris bertujuan memberitahukan.✓ Sedangkan, tulisan yang bersifat Argumentatif bertujuan untuk meyakinkan, dan mengubah sikap atau pendapat orang lain.
✓ Sementara itu, Deskripsi dan Narasi (Kisah /Cerita) dapat digolongkan dalam satu kelompok karena mempunyai tujuan yang sama, yakni menyajikan pengalaman.
- Yaitu berusaha menampilkan objek dicerap oleh seluruh pancaindera para pembaca, seolah-olah mereka mengalaminya sendiri.
- Dalam Deskripsi dan Kisah, pembaca seakan-akan dipertemukan kembali dengan pemandangan-pemandangan dan kegiatan-kegiatan baik yang pernah dialami sendiri maupun pengalaman-pengalaman yang belum pernah dikenalnya.
Jika ditinjau dari maksud tujuan, Deskripsi secara umum tak bisa berdiri sendiri menjadi suatu tulisan. Namun, deskripsi hanya bisa menjadi alat bantu bagi wacana tulisan Eksposisi (pemaparan) dan Kisah. Deskripsi hanya merupakan bagian kecil yang dipergunakan oleh bentuk wacana tulisan yang lainnya untuk lebih mengkonkretkan pokok pembicaraan.
Dalam wacana tulisan Eksposisi atau pemaparan, deskripsi merupakan alat bantu yang efektif. Yaitu, ia mampu lebih menghidupkan pokok pembicaraan. Gagasan-gagasan umum dan abstrak mungkin sulit langsung dipahami oleh para pembaca. Namun jika gagasan-gagasan umum dan abstrak tadi dipaparkan atau diberi ilustrasi-ilustrasi yang konkret, maka para pembaca akan lebih mudah mengerti.
Hanya saja, deskripsi dalam Eksposisi tidak diperlukan kesan dan terciptanya daya khayal imajinasi pembaca. Deskripsi dalam Eksposisi hanya sekedar memberitahu sesuai maksud tujuan tulisan Eksposisi, yakni memberitahukan pembaca hanya sekedar mengetahui informasi hal tersebut. Walaupun begitu, pilihan yang tepat atas Deskripsi Ekspositoris dari suatu objek atau hal pada sebuah Eksposisi, mampu dipakai secara efektif untuk lebih meyakinkan pembaca dan merebut kepercayaan pembaca terhadap apa yang diopinikan penulis.
Berikut suatu contoh Deskripsi Ekspositoris yang pernah disampaikan, merupakan beberapa paragraf yang dicuplik dari suatu bab yang berjudul, Mengapa kebiasaan menulis sederhana menghasilkan perubahan besar menjadi terampil menulis dari buku "Menjadi Penulis Terampil - hanya dari kebiasaan menulis sederhana".
...Akibat yang terjadi karena suatu perubahan dalam suatu kebiasaan kita, bisa diibaratkan pengaruh pengubahan arah suatu perjalanan di suatu padang pasir meskipun hanya beberapa derajat.Misalkan kita berjalan kaki dari kota Madinah menuju ke selatan ke kota Makkah. Lalu ketika kita mulai beranjak dari Madinah, mengubah arah 1 derajat lebih ke barat sedikit. Kita tidak akan sampai di Makkah, tetapi yang kita temui adalah kota Jeddah yang berjarak 97 kilometer berjalan kaki dari Makkah. Perubahan kecil tersebut hampir tak terdeteksi sewaktu kita berangkat. Wajah kita mungkin hanya berputar beberapa centimenter, dan ternyata pada akhirnya kita menyimpang jauh hampir seratus kilometer dari kota tujuan, Makkah.Demikian pula, suatu perubahan kecil pada kebiasaan sehari-hari dapat membuat kita tiba pada target yang sangat berbeda, yang akan sangat mengejutkan kita. Memilih 1% lebih baik atau 1% lebih buruk terlihat tak ada artinya pada detik ini, tetapi dalam waktu jeda yang sangat lama, pilihan-pilihan tersebut menentukan siapa kita sekarang dan siapa kita nanti. Keberhasilan adalah produk kebiasaan sehari-hari, bukan perubahan sekali jadi seumur hidup.
***
Jika kita perhatikan, frekuensi munculnya Deskripsi Impresionistis, yaitu yang memunculkan imajinasi pembaca itu lebih sering muncul bersama-sama wacana tulisan Narasi atau Kisah, daripada wacana tulisan yang lainnya.
Dalam Kisah atau Cerita (fiksi ataupun nonfiksi), Deskripsi Impresionistis digunakan untuk;
- menyiapkan dasar atau latar,
- baik latar tempat
- maupun latar waktu dari peristiwa-peristiwa dan adegan-adegan yang timbul bersama alur atau plot cerita.
- Latar ini tentu saja sanggup menampilkan suasana dalam kisah
- yang akan mempengaruhi perasaan hati pembaca.
Dengan Deskripsi Impresionistis, penulis dapat menciptakan seolah-olah suatu bingkai suatu keindahan alam, letak model suatu perumahan, interior dan perabotan suatu rumah, dan sebagainya untuk menghidupkan suasana yang akan diungkapkan seorang penulis. Semua peristiwa dan tindak-tanduk tokoh yang ditampilkan dalam bingkai deskripsi akan tampak lebih menonjol, lebih serasi atau efek-efek tertentu yang diinginkan.
Dengan demikian, para pembaca akan mendapat keyakinan dan kesan bahwa kisah itu benar-benar terjadi, karena kisah yang kita ceritakan adalah Kisah Nyata. Kesan itu akan timbul dari gambaran-gambaran bersifat deskriptif dalam bentuk pemandangan, peristiwa, keadaan atau tokoh yang dibicarakan.
Deskripsi Impresionistis dalam kisah, biasanya;
- tidak dibuat berpanjang-panjang.
- Deskripsi yang terlalu panjang akan menimbulkan kebosanan.
- Oleh sebab itu deskripsi-deskripsi dalam kisah sering berupa uraian singkat berkelidan dengan dialog-dialog atau jalannya cerita.
- Deskripsi yang hidup, segar, pendek-pendek dan tampak hanya sepintas lalu justru akan menampilkan realitas secara tepat.
- Sehingga, mudah pula terbentuk imajinasi pembaca terhadap objek yang sedang diungkapkan.
Coba perhatikan kutipan berikut:
Trem penuh sesak dengan orang, keranjang-keranjang, tong kosong dan berisi, kambing dan ayam. Hari panas, orang dan binatang keringatan. Trem bau keringat dan terasi. Ambang jendela penuh dengan air ludah dan air sirih, kemerah-merahan seperti buah tomat.Dalam trem susah bernafas. Tapi orang merokok juga, menghilangkan keringat dan terasi. Seorang perempuan muda, Belanda - Indo, mengambil saputangannya, kecil bagaikan daun pembungkus lemper, dihirupnya udara di saputangannya, lalu katanya, "Siapa lagi yang membawa terasi ke atas trem. Tidak tahu aturan, ini kan kelas satu."Seorang Tionghoa, gemuk seperti Churchill, merasa tersinggung dan berkata dengan marah, kepada nona Belanda-Indo itu, "Jangan banyak omong. Sekarang kemakmuran bersama, bukan Belanda."Orang Tionghoa itu membungkuk, mengambil dari keranjang sayurannya sebuah bungkusan dan katanya, sambil melihatkan bungkusan itu kepada nona Belanda-Indo itu, "Ini dia terasi, mau apa?"Seorang perempuan tua, bungkuk dan kurus, bajunya berlubang, seperti disengaja melubangkannya, seperti renda seperai, dimarahi kondektur, "Ini kelas satu, mengapa di sini? Ayo ke belakang! Kalau tidak, bayar lagi!"Perempuan itu beriba-iba, meminta supaya ia dibolehkan di kelas satu saja, "Terlalu sempit di sana tuan. Saya tak bisa.""Ya kalau tak bisa, bayar lagi!"Lambat-lambat perempuan tua itu pergi ke kelas dua.Tiba di sana ia melihat dengan marah kepada kondektur, dan katanya, "Ah belagak betul. Sedikit saja dikasih Nippon kekuasaan sudah begitu. Sama orang tua berani. Tapi coba kalau orang Nippon, membungkuk-bungkuk. Huh! ..."Sumber: "Kota - Harmoni", Idrus, Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang.
Perhatikan dengan cermat, betapa dialog-dialog singkat yang terjadi di dalam trem yang penuh sesak itu akan menjadi lebih mengandung makna, karena fakta yang diungkapkan penulis di dalam trem, dan suasana panas, bau tak nyaman lebih dirasakan lagi dengan berdesak-desakannya para penumpang.
Manusia, tertarik kepada soal-soal yang berada di balik benda-benda.
Yaitu,
✓ apa yang diperbuat manusia terhadap benda-benda tadi,✓ peristiwa-peristiwa apa yang berlangsung di sekitar benda-benda tersebut,✓ peranan apa yang dimainkan benda-benda tersebut dalam peristiwa-peristiwa tadi,
Benda-benda atau barang-barang itu hanyalah latar belakang bagi pagelaran gagasan-gagasan penulis. Ia sebagai alat untuk lebih mengkonkretkan gagasan atau tindak-tanduk pelaku-pelakunya. Oleh sebab itu, walaupun deskripsi mampu menyajikan kepada pembaca hakikat yang sebenarnya dari apa yang diamati penulis, deskripsi itu tetap dijalin dengan wacana tulisan Eksposisi ataupun Kisah.
Hal tersebut bukan berarti deskripsi tak begitu penting bagi seorang penulis.
Sebaliknya, tanpa adanya deskripsi, banyak wacana tulisan akan terasa hambar dan kosong, tak mampu meyakinkan sugesti para pembaca. Tulisan-tulisan seperti cerita, syair, artikel, laporan baik biasa maupun ilmiah akan menjadi rangkaian yang membosankan.
Dengan mempergunakan deskripsi secara tepat akan mempertajam pencerapan baik secara indrawi maupun nalar. Dan, akan memicu keasyikan kita dalam membaca karya-karya sastrawi maupun ilmiah.
***
Mau belajar menulis Kisah Nyata via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan