#15 Karakter dan Karakterisasi dalam Kisah Nyata dan Kelindan Kisah-kisah Nyata
Karakterisasi adalah;
cara seorang penulis Kisah Nyata menggambarkan Tokoh-tokohnya.
Perwatakan (karakterisasi) dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha;
- memberikan gambaran mengenai tindak-tanduk (perbuatan) dan ucapan-ucapan para tokohnya
- dan sejalan atau tidaknya kata dan perbuatan dalam mendukung Karakter yang ditemui oleh penulis pada tokoh-tokohnya, ketika melakukan riset sebelum penulisan Kisah Nyata.
Jadi, Karakter para tokoh tersebut dapat sesuai atau tidak, diukur melalui tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan dan sebagainya.
- Dalam bertindak dan berucap, sesuai nyatanya penulis musti;
- mendata dan memilih penampilan mereka,
- dalam memberi reaksi-reaksi kepada lingkungan yang dimasukinya,
- apakah nilai reaksi tersebut wajar atau semu.
- Dari hal-hal yang ada berupa tindakan dan ucapan tokoh, penulis pilih atau seleksi mana-mana yang mendukung Karakter dominan tokoh.
- Jangan sampai, penulis justru menampilkan hal-hal yang kurang mendukung, bahkan menyimpang dari Karakter dominan tokohnya.
Seorang tokoh, dalam Kisah Nyata telah memiliki Karakter tertentu. Suatu kepribadian atau karakter tentu saja mempunyai pola atau cetak biru (blue print) khusus. Dan, tokoh tersebut harus ditampilkan penulis dalam hal tindakan yang sesuai dengan pola tersebut dalam suatu Kisah Nyata. Tentunya, sesuai dengan riset penulis.
Walaupun begitu, penulis dapat pula menggambarkan tokoh-tokoh itu dalam;
- suatu perkembangan atau perubahan watak nyata.
- Dan, ini sangat mungkin terjadi seiring dengan berjalannya usia tokoh
- dan perubahan-perubahan lingkungan yang dimasukinya.
Ingat, bahwa karakter itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan tokoh dalam perkembangan usianya. Menjadi lebih baik ataukah menjadi lebih buruk. Tentu saja ini dalam cerita yang cukup panjang pada Kelindan Kisah-kisah Nyata.
Gambaran mengenai Karakter,
- dapat juga dicapai melalui tokoh atau Karakter lain yang berinteraksi dengan Tokoh Utama dalam pengisahan.
- Penulis dapat memilih, apakah perlu menggunakan Deskripsi untuk menyajikan Karakter tersebut,
- atau menyerahkan pada respon Karakter-karakter lain dalam Kisah Nyata untuk memunculkan Karakter Tokoh Utama tersebut, jika memang ada momen peristiwanya.
Itu semua, tergantung data dan informasi yang terkumpul dalam riset sebelum Kisah Nyata tersebut ditulis.
- Jika ada dialog atau kejadian yang mendukung tema Kisah Nyata dan akan tampak Karakter Tokoh Utama dan Karakter Tokoh-tokoh Pendukung dari kisah, maka itu adalah momen-momen yang sangat berharga untuk diungkap pada tulisannya.
- Jika tidak ada momen tersebut, penulis bisa menggunakan teknik Deskripsi.
Suatu Karakter dapat diungkapkan secara baik, jika penulis mengetahui segala sesuatu mengenai Karakter itu. Cara mengungkapkan sebuah Karakter dalam Kisah Nyata dapat dilakukan dengan mencari data dalam riset mengenai:
- Pernyataan-pernyataan langsungnya.
- Penampilan dan pembawaannya.
- Tindak-tanduknya.
- Peristiwa-peristiwa yang dialaminya.
- Pidatonya, jika memang ada momen itu.
- Percakapannya atau dialog-dialog dengan Karakter atau Tokoh lainnya.
- Monolog batin atau dialog-dialog dengan hatinya sendiri.
- Tanggapannya atas pernyataan atau perbuatan dari Karakter-karakter lainnya.
- Bisa juga melalui kiasan atau sindiran-sindiran.
Coba perhatikan momen-momen berikut, dalam Kisah Nyata "Hanyut" kembali:
Aku melihat mata-mata temanku sebagian besar berbinar. Agaknya mereka mulai tergoda dengan hasutan B. Apalagi, B adalah murid terpintar di kelas kami. B punya kharisma tersendiri. Kata-katanya seakan-akan sihir. Akupun tanpa sadar, agak tergiur dengan wacana B. Aku membayangkan sepeda-sepeda motor tril berseliweran, saling kejar, saling melayang melewati tanjakan-tanjakan bergelombang dan "superbol" dengan gagah berani. Oi! Betapa hebatnya. Kami harus menonton. Ini baru namanya tontonan para lelaki."Kita musti nonton! Idak ado kesempatan lagi. Kapan lagi ado balap tril, lhaa setahun sekali mungkin. Tapi sayangnya balap tril itu bukan diadakan hari Minggu. Bagaimana kalau kito idak usah masuk sekolah samo-samo besok?" racun sang penghasut B mulai meresap ke dalam aliran darah kami. Lalu mendidih di hati-hati kami.***
Sekonyong-konyong aku teringat sesuatu. Aku baru sadar kalau aku ini ketua kelas 2A. Ah, rupanya aku ikut hanyut arusnya B. Tidak! Aku harus cegah. Aku selalu kena batunya jika teman-teman kelasku 'ngaco'.***
"Jangan, ... Nanti kito akan kena marah dan hukuman!" aku menjerit lirih, meminta belas kasihan teman-temanku yang sudah keblinger bayangan-bayangan motor tril mengudara, berakrobatik, dan kehebatan-kehebatan para pengendaranya yang gagah berani."Akhirnyo ambo jugo yang kena, apo idak ingek peristiwa Ibu D ngambek?" aku mulai menyadarkan teman-temanku, melawan godaan-godaan si jenius yang absurd.Teman-temanku menatapku."Kito musti kompak, kalo ado apo-apo ya kito tanggung besamo lah," B sok mengajak teman-temanku, seolah-olah ajakan menuju kebaikan. Menutupi dengan solidaritas pertemanan di atas pengorbanan bersama. B tak perduli dengan nasibku.Omong kosong! Aku tetap tidak setuju. Pelanggaran tetap pelanggaran. Mau diubah kata-katanya dengan apapun, hakekatnya tetap sama. Ini makar namanya. Huh!"Aku tidak setuju!" tegasku, wajahku dan rahangku mulai mengeras.Aku tak peduli, walaupun takut juga berada di posisi berlawanan dengan B.***
Tapi ada bisikan dalam hatiku, "Fulan kamu di atas kebenaran, kenapa takut? Berdirilah dengan gagah membawa bendera kebenaran, walaupun engkau sendiri."Bagaimana ini? Aku lihat jam tanganku. Jam 06.55. Lima menit lagi lonceng masuk kelas berbunyi. Aduuh, tolooong jerit dalam hatiku. Aku ingat-ingat teman-temanku kemaren kasak-kusuk. Aku masih bisa mendengar mereka akan kumpul di rumah N yang di pinggir pantai sebelum ke pantai Panjang.Tapi, jika aku ikut mereka tentu aku mengkhianati pendirianku.***
Jelas sekali karakter si "Aku" di atas, bahwa
- ia seorang yang masih labil mudah terbawa arus, dikarenakan mungkin usianya baru kelas 2 SMP, berkisar 14 tahun. Dan, ini masih wajar walaupun ia seorang ketua kelas.
- Akan tetapi, dibalik kelabilannya itu ia tetap memiliki rasa tanggung jawab, ia masih mempunyai Karakter “anti kemapanan",
- dan ia masih memiliki nurani untuk melawan keburukan,
- ia masih terlihat tidak suka akan adanya pelanggaran terhadap aturan sekolah.
- Lebih dari itu ia akan merasa berkhianat terhadap dirinya sendiri.
Mungkin saja jika itu terjadi bukan pada si "Aku", lain lagi reaksinya, misalnya malah mendukung "rencana bolos bersama" itu, karena ia tak pernah mendapat didikan disiplin yang keras dari orang tuanya.
Dengan data dan informasi yang penulis kumpulkan, penulis "Hanyut" mampu mengungkapkan Karakter Tokoh Utama tersebut melalui:
- Pernyataan-pernyataan langsungnya tentang tidak setujunya membolos dan "nobar" (nonton bareng) lomba motorcross.
- Monolog batin atau dialog-dialognya dengan hatinya sendiri ketika terjadi kebimbangan berada di kelas bersama murid-murid perempuan ataukah ikut membolos bersama teman-teman laki-laki sekelas.
- Tanggapan-tanggapan tokoh si "Aku" terhadap perkataan-perkataan si "B" yang sarat dengan provokasi.
Satu hal yang sangat penting perlu diperhatikan seorang penulis adalah:
- Karakter tidak akan efektif disajikan hanya sebagai akumulasi dari detail-detail.
- Detail-detail harus dijalin-ikatkan satu sama lain.
- Detail-detail musti dipertalikan untuk membentuk suatu satu kesatuan kesan.
- Detail-detail tidak lain tidak bukan untuk menyampaikan makna dan pengertian mengenai Personalitas (kepribadian) individualnya.
Dan, karena kesan mengenai Personalitas pribadi ini mempunyai kaitan yang sangat kuat dengan tindak-tanduk, maka kita musti memunculkan tanggapan yang sesuai Motif Karakternya.
- Apa Motif dari Karakter Tokoh Utama?
- Apakah tanggapannya?
- Apa reaksinya?
- Adakah momen-momen yang terdata untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut?
- Sebelum kita menampilkan sebuah Karakterisasi yang mudah dipahami para pembaca.
- Jika Karakter Tokoh Utama telah kita temukan dalam riset penulis, maka untuk menampilkannya ia musti menemukan juga detail-detail pertalian dengan Karakter-karakter Tokoh Pendukung lainnya.
Dan, perlu diingat juga Karakter yang ia presentasikan itu mustilah konsisten.
Akan tetapi, ada kalanya kita menyadari dan mengetahui bahwa manusia ternyata sangat kompleks dan misterius. Ia terkadang melakukan hal-hal yang tidak konsisten pula, tergantung pengaruh dari dalam berupa:
- Hasrat (Motivasi) atau Niat secara sadar yang bisa berubah-ubah,
- dan juga tergantung pula lingkungan sosial (Pemicu Konteks, Orang-orang, dan Tindakan orang-orang) yang dimasukinya,
- ataupun sebaliknya lingkungan tersebut yang menyelubunginya dengan bukan atas kemauan tokoh tersebut.
Kalbu atau hati yang senantiasa berubah-ubah bagaikan bulu yang dibolak-balikkan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Permisalan kalbu seperti bulu di atas tanah, bulu itu dibolak-balikkan oleh angin."
(Mukhtashar Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi, catatan kaki dari terjemahannya: hadits dishahihkan dalam Al-Misykah no. 103)
Berikut link blog belajar.icu, sumber terkait: TAP /KETUK > di sini
Orang yang sama dapat melakukan hal-hal yang baik dan terpuji, tetapi di sisi lain ia dapat pula melakukan hal-hal yang buruk. Ia mampu melakukan hal-hal yang mulia, tetapi dapat pula melakukan hal yang tercela. Sanggup bertindak bijaksana, namun pula dapat berbuat sangat bodohnya.
Sehingga, penulis sanggup menampilkan inkonsistensi Karakter tersebut sebagai wujud pelajaran tentang kekompleksan Karakter manusia yang memang ada dalam kenyataan hidup ini. Dan, itu semua dapat diterima dan dipahami secara akal sehat oleh pembaca.
Salah satu metode dalam menampilkan Karakter tersebut adalah dengan; mengungkapkan penampilan dan pembawaannya, dimana;
- Penampilan dan pembawaan adalah berupa Deskripsi yang dapat digambarkan secara tersendiri,
- atau bisa juga sebagai telah tercakup dan tersebar di dalam keseluruhan kisah.
Sedangkan, tindak-tanduk Tokoh adalah;
- sebagai manifestasi atau perwujudan dari keadaan perasaan, kalbu dan pikiran Tokoh Utama,
- dan ini merupakan unsur kisah atau Kisah Nyata itu sendiri.
Kisah yang baik dan asyik dibaca akan memperhatikan masalah inter-relasi dan tindak-tanduk antara Tokoh-tokohnya. Sebagian besar kisah selalu membahas tentang manusia. Kejadian dan peristiwa tentu saja selalu berlangsung pada manusia, dan;
Manusialah yang menyebabkan terjadinya Peristiwa-peristiwa.
Untuk memahami sebuah aksi, kita mau tidak mau harus memahami Tokoh yang terlibat, wujud Fisiknya, Motivasinya, Tanggapannya. Dan, untuk mengungkapkan sebuah tindakan yang memuaskan, kita harus menampilkan seorang Tokoh.
Proses menampilkan dan menggambarkan tokoh-tokoh melalui Karakter-karakternya itulah yang disebut dengan Karakterisasi.
Mungkin kita berpikir, Karakterisasi ada pula pada tulisan berbentuk insiden, anekdot, sketsa atau artikel profil. Namun, tulisan seperti itu menyajikan Karakterisasi dengan detail-detail yang minimum dan tidak diperinci secara lebih lanjut. Sebaliknya, sebuah Kelindan Kisah-kisah Nyata biasanya,
- menyajikan Karakterisasi secara penuh.
- Dengan membacanya, kita mampu memahami secara menyeluruh relasi antar Karakter dan Peristiwa-peristiwa,
- bersamaan itu pula kita sanggup memahami Akibat-akibat Peristiwa terhadap Karakter.
Semua Kisah Nyata seperti itu menampilkan relasi yang komplit antara Karakter dan Peristiwa dan berusaha menjawab pertanyaan:
- Mengapa sang tokoh melakukan hal itu sehingga terjadi peristiwa tersebut?
- Mengapa ia memberikan suatu reaksi tertentu - bukan suatu reaksi yang lainnya - sebagai yang disajikan dalam kisah tersebut?
Untuk menjawab itu semua, penulis mustilah mengadakan Karakterisasi manusianya. Hal ini, akan sama dengan apa yang dilakukan oleh penulis yang menulis kisah fiktif atau Cerpen Fiksi atau Novel Fiksi. Perbedaannya hanya terletak pada:
- Penulis Kelindan Kisah-kisah Nyata;
- harus menemukan,
- dan menginterpretasikan Fakta-fakta,
- untuk memahami Karakter,
- dan mengungkap Karakter tersebut.
- Sedangkan, penulis Novel Fiksi sebaliknya, yaitu;
- harus menciptakannya,
- berdasarkan khayalannya,
- sehingga dalam hal ini dianggap sebagai kedustaan.
Satu lagi, yang perlu kita ketahui bahwa ciri dari Kisah Nyata Impresionistis yang telah jauh di belakang kita bahas yaitu adanya Konflik. Konflik bisa terjadi antara orang dengan orang, antara alam dengan manusia, ataupun konflik dalam batin seseorang.
- Sejatinya konflik itu adalah suatu yang berat, sesuatu ujian, musibah, bahkan fitnah bagi orang yang mengalami.
- Orang yang mengalami Konflik akan merasakan sesuatu yang tak nyaman, kesulitan, ada sesuatu yang menghalangi.
- Kondisi-kondisi tak nyaman seperti itu, secara alami akan memunculkan Sifat-sifat atau Karakter-karakter Asli dari Tokoh.
- Entah yang timbul adalah sifat sabar, syukur, tenang, bijaksana, dan Karakter-karakter baik lainnya.
- Atau malahan justru yang keluar adalah Karakter marah, tidak mau menerima keadaan, panik, tidak bijaksana, dan Karakter-karakter buruk lainnya.
Maka, hal inipun menjadi suatu momen-momen berharga tinggi yang terekam dalam riset oleh penulis untuk memunculkan Karakter-karakter Tokoh dalam proses Karakterisasi.
***
Mau belajar menulis Kisah Nyata via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan