#14 Perbuatan dan Kausalitas (sebab - akibat) Motif - motif dalam Kisah Nyata
Kausalitas (sebab - akibat) Motif - motif pada Karakter Tokoh-tokoh
Tindak-tanduk bukanlah hanya merupakan suatu sebab-akibat rangkaian perbuatan, akan tetapi juga dikatakan Kisah Nyata adalah merupakan suatu Rangkaian dari sebab-akibat Motif-motif Tokoh-tokohnya.
- Suatu Watak, Sifat atau Karakter seseorang tertentu dengan perbuatan yang mengawali suatu Peristiwa, akan mengakibatkan hal lain atau perbuatan yang timbul kemudian, berdasarkan Watak, Sifat atau Karakter seseorang tersebut,
- pun bisa pula mengakibatkan perbuatan orang lain berdasarkan Karakternya.
Inilah wujud yang sebenarnya dari Kisah Nyata.
Oleh karena itu, jika kita berbicara mengenai Kisah Nyata, kita sebenarnya berbicara pula mengenai Kausalitas juga, tetapi kita berbicara mengenai sebab-akibat Motif-motif.
Kausalitas Motif-motif disini yang dimaksud adalah;
suatu alasan langsung mengapa suatu perbuatan berikutnya terjadi berdasarkan Watak, Sifat atau Karakter Tokoh terkait.
Baik Kausalitas Rangkaian Perbuatan maupun Kausalitas Motif-motif sama-sama berusaha menjawab pertanyaan:
>>> Mengapa? <<<
Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan.
Motif-motif memang berusaha menjawab pertanyaan "mengapa", tetapi;
- alasan itu ada di dalam jiwa seseorang.
merupakan suatu tenaga atau kekuatan yang berada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, tetapi otomatis keluar begitu saja, spontan, tanpa sadar atau bersifat responsif.
- Hal itu sebagai bentuk respon (akibat) dari sebab Motif sosok yang lain pula.
- Ia dapat berupa sebuah Gagasan, Emosi, atau sesuatu Suasana hati yang mendorong seseorang melakukan suatu perbuatan.
- Motif merupakan sebab implisit yang paling dalam, di bawah sadar, dan lebih dalam daripada Motivasi atau Niat secara sadar, yang juga merupakan salah satu dari kekuatan yang ada dalam diri seseorang.
***
Sebaliknya dalam Kausalitas Rangkaian Perbuatan juga berusaha menjawab pertanyaan "mengapa", akan tetapi;
- alasannya yang dikemukakan adalah sebuah alasan yang dapat diobservasi (tampak secara inderawi),
- yang dapat diketahui secara eksplisit (terlihat nyata oleh mata kepala).
- Kausalitas Rangkaian Perbuatan selalu muncul dalam suatu rangkaian yang logis yang dapat dicerna oleh akal sehat dan fakta-fakta.
Karena kita berbicara mengenai Kausalitas, maka akan timbul pertanyaan bagi kita adalah:
Apa yang menjadi sebab awal dari seluruh rangkaian perbuatan tersebut?
Dan, dalam Kausalitas Rangkaian Perbuatan selalu disebutkan bahwa,
- suatu perbuatan menyebabkan perbuatan yang lain.
- Perbuatan mana yang menjadi dasar dari seluruh sebab-akibat itu?
- Hampir semua Kisah Nyata yang menarik dan disukai pembaca, menampilkan manusia dalam seluruh proses kehidupannya.
***
Akan tetapi, bukan perbuatan manusianya yang pertama-tama menjadi sebab-musabab atau sebab awal Rangkaian Perbuatan dalam Kisah Nyata itu.
Jadi apa?
Yang menjadi dasar permulaan semua tindak-tanduk itu adalah;
Motif-motif kemanusiaan dan Karakter-karakter kemanusiaan yang tercakup dalam Peristiwa-peristiwa itu.
Maka dari itu, dalam menilai alasan-alasan yang sangat mendalam, kita akan mengatakan, bahwa Motif-motif dan Karakter-karakter kemanusiaanlah yang menuntun kita kepada suatu Peristiwa.
Narator "Aku"
Si “Aku” dalam kisah “Hanyut” berusaha melawan arus B dan teman-temannya dalam rekayasa “membolos bersama”, akan tetapi akhirnya terbawa arus juga secara terpaksa. Untuk itu harus diketahui Motif apa, dan awal apa atau mana yang menyebabkan ia melakukan itu.
- Ternyata sang “Aku” melakukan itu karena ia menjabat sebagai ketua kelas.
- Dan di balik cerita tersebut perlu diketahui bahwa “Aku” adalah termasuk murid yang terpandai juga di kelasnya. Tentu saja terpandai, jika tidak, mungkin ia tidak terpilih sebagai ketua kelas.
- Di samping itu si "Aku" ini terpilih sebagai ketua kelas, karena termasuk salah satu murid yang terpilih dari 3 murid selain "Aku" yaitu si K dan si L untuk menjadi duta sekolahnya berlaga melawan murid-murid sekolah lain se propinsi Bengkulu dalam momen Lomba Cerdas Cermat. Hebatnya lagi, mereka meraih Juara I (Pertama) dalam lomba tersebut.
- Motif kedua, adalah ketika “Aku” terseret arus ikut teman-temannya membolos, masih dalam kewajaran dan memang demikianlah yang telah terjadi. Walaupun “Aku” adalah ketua kelas, akan tetapi dengan umur seusia tingkat SMP berkisar 14 tahun-an, wajar jika “Aku” masih berkepribadian labil.
- Unsur perasaan (emosi) "Aku" masih mendominasi akal pikirannya, ketika dalam keadaan terjepit,
- bahkan malu sendirian berada di antara teman-teman murid perempuan kelasnya.
Si "B"
Si B yang cerdas dalam kisah “Hanyut” berusaha memprovokasi teman-temannya dan tak perduli dengan temannya sendiri si “Aku”, kemungkinan besar - melihat gelagat ucapan dan perbuatannya - mempunyai;
- Motif dendam (dengki) yang ia sembunyikan sejak lama merasa tersaingi oleh “Aku”,
- sehingga walaupun ia cerdas tetapi ia tak dipilih para guru sebagai ketua kelas.
- Dan, itu akibat Karakter atau Sifat dia sendiri yang bengal dan urakan.
- Bahkan iapun tak terpilih sebagai duta sekolah untuk ikut berlaga dalam Lomba Cerdas Cermat se propinsi Bengkulu, walaupun secara nilai-nilai pelajaran di atas sang "Aku", karena kejeniusannya.
Motif-motif yang menggerakkan mengapa “Aku” dan si B melakukan perbuatan-perbuatan itu, dapat diungkap secara konkret atau nyata dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kisah tersebut.
Dan,
Motif-motif itu selalu sejalan dengan Karakter, Sifat atau Watak tokoh-tokohnya.
“Aku” yang pemimpin akan tetapi penakut dan labil, dan "B" yang cerdas akan tetapi bengal dan urakan.
Kesesuaian Motif dengan Karakter, Sifat atau Watak
- Seorang tokoh secara bawah sadar akan mampu melaksanakan suatu Motif tertentu jika motif itu sejalan dengan Karakternya.
- Sehingga, tindak-tanduk manusia dalam kehidupan, dalam hal ini adalah dalam Kisah Nyata, hanya mempunyai makna dan akan menarik perhatian, bila tokoh-tokohnya terungkap Sifat-sifat manusiawinya.
Kita menyadari bahwa, semua peristiwa selalu mengembalikan seluruh persoalan kepada masalah Motif dan Karakter. Salah satu pendapat yang umum diterima adalah:
Karakter manusia dalam derajat tertentu dibentuk oleh kejadian-kejadian pada:
- peristiwa kelahiran,
- peristiwa-peristiwa masa anak-anak,
- juga oleh latar belakang sosial,
- pendidikan
- dan semua faktor lain yang disebut lingkungan (konteks).
Semua hal ini, sangat penting artinya bila kita mempersoalkan masalah Kausalitas pada bukan suatu Kisah Nyata lagi saja, tetapi pada suatu Cerita Nyata yang lebih panjang lagi, yang mengkaitkan Riwayat Hidup seseorang. Dan, itu tak cukup hanya dalam satu Kisah Nyata, tetapi terdiri dari beberapa (kelindan - jalinan) Kisah Nyata, bahkan banyak. Yang itu, akan menjadi episode-episode atau bab-bab dalam Kisah Nyata Kehidupan seseorang.
Episode atau bab yang sebelumnya menjadi Kausalitas atau sebab-akibat pada episode atau bab sesudahnya. Itulah kisah yang akan menjadi suatu kesatuan cerita nyata utuh perjalanan hidup seseorang, yang kita akan sebut dengan Biografi, atau dalam hal ini kita sebut Kelindan Kisah-kisah Nyata.
Sebagai contoh sederhana saja, perhatikan kisah "Hanyut" yang telah kita baca dan buat analisisnya.
- Karakter "Aku" dalam kisah "Hanyut" yang selalu ingin disiplin, sesuai aturan, tanpa pelanggaran, dan cerdas pula dan Motif-motif khusus yang akan timbul bersama Karakter tersebut,
- harus dipahami sebagai akibat dari suatu peristiwa awal atau episode sebelumnya yang masih belum dimunculkan oleh penulis dalam bab tertentu.
Ya, dikarenakan memang kita masih membahas satu Kisah Nyata saja. Padahal kita tahu bahwa suatu peristiwa tentu akibat dari suatu peristiwa lain sebelumnya. Dan pula, suatu Kisah Nyata akan mengakibatkan Kisah Nyata berikut setelahnya.
Mungkin saja, karakter si "Aku" yang serba teratur, disiplin dan tanpa pelanggaran adalah;
- hasil didikan orang tuanya di rumah.
- Dan, memang demikian jika kita mengacu kepada episode sebelumnya secara nyata keadaan keluarga si "Aku".
In syaa Allah akan dimunculkan penulis nanti, ketika membahas dalam kategori Belajar Menulis Cerita - Kelindan Kisah-kisah Nyata - rasa Novel Nonfiksi.
Jadi, setiap tindak-tanduk manusia selalu mempersoalkan "mengapa"; "mengapa" terjadi sebuah peristiwa.
Jadi, setiap tindak-tanduk manusia selalu mempersoalkan "mengapa"; "mengapa" terjadi sebuah peristiwa.
- Penulis tak akan berhasil dalam bercerita jika hanya berbicara mengenai peristiwa apa yang terjadi, dan bagaimana peristiwa itu terjadi,
- tanpa mempersoalkan mengapa peristiwa itu terjadi.
Penulis bisa saja membatasi penulisan kisah pada persoalan apa dan bagaimana, tetapi dengan mengabaikan persoalan mengapa, maka ia tak memberi nilai hidup pada persoalan tersebut. Walau bagaimanapun hidup dan bagusnya teknik penyajian bercerita penulis, cerita itu tak akan menarik perhatian pembaca, jika pembaca tak menemukan atau merasakan makna yang tersirat di dalamnya.
Suatu kewajiban penulis yang harus dilakukan secara tuntas adalah menemukan atau menciptakan makna hidup dalam Kisah Nyata yang disajikannya.
Dan, untuk itu ia harus menjawab pertanyaan: Mengapa?
Cerita atau Kisah Nyata menuntut penulis memasukkan mengapa dalam apa dan bagaimana untuk menciptakan kedalaman rasa dan kedahsyatan pengalaman.
Hanya saja, perlu diketahui juga sebagai catatan, bahwa Kausalitas atau sebab-akibat terkadang dalam kenyataan hidup kita tidak selamanya sesuai harapan atau sesuai ekspetasi kita. Seperti contohnya,
Orang yang rajin tidak selalu mendapat penghargaan di dunia, walaupun menurut kausalitas atau sebab-akibat harus diberi penghargaan. Malahan orang yang sama sekali tidak bekerja dan malas-malasan yang mendapat penghargaan di dunia.Orang yang baik tidak selalu hidup bahagia di dunia, kejahatan tidak selalu harus dihukum di dunia, walaupun menurut kausalitas orang yang baik harusnya hidup bahagia, dan orang jahat harus dihukum.
Ini mengapa?
Ya, ini karena kita berpikir Kausalitas yang berlaku hanya di dunia saja. Sebagai orang beriman kepada hari Akhir, kausalitas atau hukum sebab-akibat tetap berlaku sampai kehidupan setelah kematian. Kehidupan di dunia ini bukanlah akhir segalanya. Hari Pembalasan adalah suatu kenyataan yang niscaya sesungguhnya akan terjadi. Allah Maha Adil.
Orang baik,
- walaupun di dunia hidupnya secara materiil dunia tidak bahagia, tetapi sejatinya jiwanya bahagia, dan hatinya tenang.
- Dan, Kausalitas tetap berlaku sampai kehidupan setelah mati.
- Mungkin saja kebahagiaan materi dunia tidak didapat orang baik, karena Allah menghukum orang tersebut untuk menghapus dosa-dosanya, agar nanti di akhirat tidak perlu diadzab lagi atas dosa-dosanya. Walau bagaimanapun, manusia, anak Adam pasti memiliki dosa atas kesalahan-kesalahannya.
- Orang yang baik, - dalam hal ini "baik" dengan definisi;
- ikhlas berbuat karena Allah
- dan mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam
- akan mendapat kebahagiaan di akhirat nantinya.
Begitu pula, orang jahat pun akan mendapat Kausalitas hukuman di akhirat walaupun secara kehidupan materi dunianya tercukupi, bahkan inilah yang disebut dengan istidraj. Allah sengaja memberi kenikmatan-kenikmatan dunia pada orang jahat, dan akan dibalas adzab di akhirat nanti.
Allahu'alam.
***
Mau belajar menulis Kisah Nyata via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan