#09 Istilah pada definisi Feature: Memberi tahu, Menghibur
Memberi tahu
Istilah memberitahu, bila dikaitkan dengan komunikasi, sejatinya tak butuh penjelasan lagi. Sebab komunikasi memang merupakan kegiatan membawa pesan-pesan seperti pada berita biasa dan Feature.Komunikasi merupakan orientasi bersama terhadap informasi adalah sarana pokok dalam mengembangkan masyarakat menuju modernisasi. Orientasi bersama ini, dalam artian saling memberi tahu melalui berbagai media massa. Sehingga timbul dampak bolak - balik (dua arah).
Informasi-informasi itu akan membantu seseorang atau masyarakat memperjelas kondisi-kondisi. Sehingga selalu mengharuskan melakukan tindakan-tindakan menata ulang lingkungan.
Semakin jelas informasi, semakin jelas pula tindakan yang harus dilakukan.
Hanya saja, terkadang tujuan komunikasi untuk memberi tahu informasi tidak tercapai. Tidak berakibat tindakan.
Ini mengapa?
Karena, peserta aktif dalam komunikasi dalam hal ini masyarakat;
- bebas memilih informasi yang dibutuhkannya, yang diinginkannya.
- Belum lagi, tafsiran terhadap informasi tersebut, apakah sudah sesuai dengan acuan berpikirnya, nilai budayanya, kemampuan
- dan kesempatan yang tersedia untuk bertindak.
Kata "memberi tahu" dalam definisi Feature ini tidak netral hanya sekedar memberi tahu, tetapi di dalamnya tersirat tujuan penulis untuk "mempengaruhi", walaupun tidak eksplisit langsung dirasakan oleh para pembaca. Implisitnya "memberi tahu", karena dipadu dengan istilah menghibur, mendidik dan meyakinkan dalam definisi Feature.
Hal tersebut memang menjadi konsep Feature, agar pembaca berhasrat membaca Feature tanpa berkerutnya dahi, menghindari ketegangan berpikir, dengan tetap mendapatkan informasi. Sehingga tindakan masyarakat yang diinginkan tercapai, demi perbaikan tatanan sosial.
Hal tersebut memang menjadi konsep Feature, agar pembaca berhasrat membaca Feature tanpa berkerutnya dahi, menghindari ketegangan berpikir, dengan tetap mendapatkan informasi. Sehingga tindakan masyarakat yang diinginkan tercapai, demi perbaikan tatanan sosial.
Menghibur
Hidup terasa gersang dan membosankan, jika tak ada selingan, kejutan spontanitas yang menghibur. Karena terkadang manusia terkondisi suasana yang tak menyenangkan. Atau, ada hal-hal yang terkait masa lalu yang kurang menyenangkan sewaktu-waktu hadir dalam ingatan. Itulah, manusia sewaktu-waktu butuh hal-hal yang menghibur, agar hidup lebih bergairah dan sejuk.
Di ranah media massapun butuh selingan agar perasaan pembaca nyaman. Berita biasa atau lurus disebut berita keras (hard news) dengan tema kenegaraan, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, kejahatan, bencana alam dan sebagainya menjadi beban ketegangan dalam berpikir. Maka dari itu publik butuh jeda yang mampu mengendurkan urat saraf pikiran, dari bacaan berat ke bacaan ringan. Feature menjadi obat untuk itu, karena ia sanggup menyejukkan pikiran dan "menghibur" tentunya.
Permasalahan "menghibur" dalam Feature mesti dirancang lebih membumi lagi sesuai nilai sosial - budaya bangsa Indonesia. Di sini penulis dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih bahan tulisan yang menghibur cocok dengan khalayak. Karena jika tidak sesuai, malah akan jadi bumerang yang berkonotasi buruk, bahkan penulis tertuduh sebagai pembawa "selera rendahan".
"Selera rendahan" ini tidak lain adalah menghibur yang terkait pornografi, kekerasan fisik, kebrutalan, kriminalitas, bahkan kini ada tema "prank" yang meracuni generasi muda, jelas-jelas merupakan hiburan yang tidak memberi porsi pada pendidikan. Bahkan cenderung menuju maksiat kepada Allah Subhana wa ta'ala.
Adapun kita, sebagai penulis yang berakal dan menjunjung tinggi akhlaq karimah, semestinya menyajikan hiburan yang mendidik, jujur dan berselera tinggi. Hiburan yang tak rendahan bisa berupa,
Di ranah media massapun butuh selingan agar perasaan pembaca nyaman. Berita biasa atau lurus disebut berita keras (hard news) dengan tema kenegaraan, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, kejahatan, bencana alam dan sebagainya menjadi beban ketegangan dalam berpikir. Maka dari itu publik butuh jeda yang mampu mengendurkan urat saraf pikiran, dari bacaan berat ke bacaan ringan. Feature menjadi obat untuk itu, karena ia sanggup menyejukkan pikiran dan "menghibur" tentunya.
Permasalahan "menghibur" dalam Feature mesti dirancang lebih membumi lagi sesuai nilai sosial - budaya bangsa Indonesia. Di sini penulis dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih bahan tulisan yang menghibur cocok dengan khalayak. Karena jika tidak sesuai, malah akan jadi bumerang yang berkonotasi buruk, bahkan penulis tertuduh sebagai pembawa "selera rendahan".
"Selera rendahan" ini tidak lain adalah menghibur yang terkait pornografi, kekerasan fisik, kebrutalan, kriminalitas, bahkan kini ada tema "prank" yang meracuni generasi muda, jelas-jelas merupakan hiburan yang tidak memberi porsi pada pendidikan. Bahkan cenderung menuju maksiat kepada Allah Subhana wa ta'ala.
Adapun kita, sebagai penulis yang berakal dan menjunjung tinggi akhlaq karimah, semestinya menyajikan hiburan yang mendidik, jujur dan berselera tinggi. Hiburan yang tak rendahan bisa berupa,
- keolahragaan,
- syair,
- sajak atau puisi,
- kebun-kebun yang segar,
- masak - memasak,
- kuliner,
- desain interior,
- dan hal-hal praktis dan ringan lainnya yang mengandung unsur estetika,
- bahkan humor-humor lucu tanpa adanya kedustaan di dalamnya.
Seorang penulis Feature, bisa membuka suatu berita dengan "cerita berwarna - warni" yang mampu menangkap perasaan para pembaca. Ia bisa saja,
berbincang dengan nenek yang telah berusia 60 tahun, dengan polisi, dengan penjaja minuman mineral, dan dengan siapapun yang mengandung human interest.
Hasilnya?
Ya, suatu kisah pembuka Feature yang mengesankan tentang manusia yang membuat pembaca seolah-olah berada di tempat tersebut menyelami kehidupan mereka.
Seorang reporter yang bertugas ke kantor polisi, sanggup mengumpulkan belasan lelucon pengalaman polisi ketika bertugas, dan tidak harus hal-hal yang menegangkan dan berbahaya yang akrab dengan dunia mereka.
Reporter bisa juga menangkap hal-hal lucu dibalik rapat-rapat di pusat-pusat pemerintahan ibukota.
Penulis juga mampu bercerita mengenai berbagai reaksi anak-anak ketika menjalani pengalaman bersekolah ketika hari pertama anak-anak kelas satu Sekolah Dasar masuk sekolah.
Humor dalam Feature pun bisa bertingkat-tingkat, sesuai bidikan kepada tingkat pembaca mana ditujukan. Terkadang memang ada humor yang sulit dipahami, karena tingginya nilai intelektual, kehalusan cara penyampaian, dan orisinalitas ide penulis pada humor tersebut. Pembaca terkadang mesti berkerut keningnya terlebih dahulu untuk memahami makna di balik humor. Biasa penyampaiannya dalam bentuk sindiran-sindiran yang tidak frontal.
Ada humor yang membuat pembaca sampai tertawa terbahak-bahak, tetapi mudah dilupakan. Ada pula, humor yang membikin para pembaca tersenyum tipis, tetapi sulit dilupakan. Ada juga, humor yang kemudian viral dibicarakan publik dimana-mana. Humor-humor seperti itu merupakan tanda bahwa Feature tersebut berhasil dalam hal menghibur.
Elemen humor, sanggup masuk dalam bentuk apa saja,
- lewat kutipan kalimat
- atau dialog,
- lewat catatan suasana yang dibuat berupa parodi (plesetan, lelucon, ironi dan satir),
- atau bisa juga lewat sudut pandang orang ketiga yang mampu menangkap kelucuan di tengah keseriusan berita.
Kesemuanya itu, fungsi menghibur pada Feature diartikan sebagai;
apa saja yang menyenangkan perasaan, memuaskan, memicu selera estetika, tersenyum, tertawa, bahkan terharu, yang dapat menggugah semangat solidaritas pembaca kepada hal-hal yang baru dan segar.
***
Mau belajar menulis Feature - Berkesan Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Atau, hanya mau baca postingan-postingan Belajar dan Menulis? Tanpa berdialog, komentar dan ngobrol. Ikuti /follow saja Channelnya TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan