#10 Tokoh Utama yang Layak Diceritakan dalam suatu Kelindan Kisah-kisah Nyata
Tokoh Utama yang menjadi Pusat suatu Plot.
Kita akan membahas tokoh utama yang bagaimana yang layak dan memadai untuk dipilih diceritakan dalam suatu Kelindan Kisah-kisah Nyata. Tokoh yang menarik, mengesankan dan membuat para pembaca berempati kepadanya. Sosok tokoh utama yang keseluruhan kisah hidupnya layak dituliskan dalam suatu Cerita Panjang Nyata.
1. Masalah, persoalan, atau mempunyai kekurangan yang penting untuk diperbaiki.
2. Hasrat, keinginan atau tujuan yang dikejar oleh tokoh utama.
3. Kebutuhan, pelajaran atau makna hidup yang perlu disadari.
1. Tokoh utama mempunyai masalah, atau kekurangan
- pembaca tidak suka membaca tokoh utama yang sempurna, seakan tahu segalanya.
- Tokoh utama dengan tanpa ada kekurangan itu membosankan,
- dan jelas memang dalam kenyataan hidup tidak ada.
- Kita belum pernah bertemu dengan sosok yang benar-benar tanpa cela.
- Siapa pula dari kita semua, tak memiliki kekurangan-kekurangan? Hanya orang yang sombong atau kibr yang demikian.
lebih baik lagi, banyak masalah!
Misalkan,
dia miskin, sering kelaparan, tak punya orang tua. Dia juga keras, atau minder bahkan suka bersikap sinis, dan sebagainya.
Tokoh utama harus memiliki segudang masalah.
Atau,
tokoh utama baru saja taubat dari sosok karakter yang buruk, dan kembali ke keluarganya, lalu semua orang meninggalkannya karena pengangguran.
Bisa juga,
tokoh utama adalah orang yang berwatak boros, tak bisa berhenti belanja, banyak hutang yang akhirnya memorakporandakan kehidupannya.
Dan, biasanya masalah-masalah tersebut tak hanya terpusat pada satu arena hidup tokoh utama, akan tetapi masalah-masalah tersebut,
- terwujud, menyebar, mempengaruhi lingkungan.
- Mempengaruhi pekerjaannya, kehidupan di rumah,
- dan hubungan-hubungan terhadap orang-orang disekitarnya.
Mungkin kita sebagai penulis berpikir, bahwa mengapa kita memilih tokoh utama yang seperti itu di awal cerita, dengan segala macam kesulitan hidupnya. Tentu saja begitu,
karena jika kehidupan tokoh utama kita tanpa cela, tidak kekurangan satu apapun, lalu mengapa kita kisahkan dan apa pula hikmah yang dapat diambil dari Kisah-kisah Nyata tersebut?
Para pembaca membaca Kisah-kisah Nyata punya tujuan untuk;
- menyaksikan tokoh utama memperbaiki masalahnya,
- membenahi hidupnya
- dan mengintrospeksi dirinya terhadap kekurangan-kekurangannya.
Jika kita lihat masalah dan kekurangan pada tokoh Fulan ketika masa anak-anak adalah;
✓ Pendiam tetapi pikirannya sering sibuk sendiri,✓ minder✓ penakut,✓ mudah pula terbawa arus,✓ terlalu mudah kasihan,✓ kurang pergaulan, sehingga temannya sedikit.
Adapun ketika masa remaja hingga dewasa:
✓ minder, masih membekas.✓ tidak mandiri, selalu tergantung teman.✓ ada masalah dalam keluarga.✓ fisik kurus.✓ tak semangat belajar, padahal pada masa anak-anak selalu ranking 1.✓ awam terhadap pengetahuan agama Islam.
2. Tokoh utama mempunyai hasrat atau keinginan
Tokoh utama juga mesti,- sangat berhasrat atau berkeinginan kepada sesuatu,
- dan ia gigih untuk meraihnya.
✓ tokoh utama sadar ia punya masalah, dan kelemahan atau, bahkan✓ tokoh utama tak sadar ia memiliki masalah, dan itulah masalah dia! Ia tak tahu bahwa dirinya mempunyai kelemahan.
Pertanyaannya adalah:
✓ Apakah tokoh utama kita berpikir akan memperbaiki masalah-masalahnya? atau,
✓ Apakah tokoh utama kita berpikir bisa memperbaiki hidupnya?
Apapun jawabannya, itulah tujuan tokoh utama kita. Itulah yang berusaha akan dicapai secara gigih sepanjang Cerita Panjang Nyata tersebut.
Tujuan atau hasrat pada tokoh utama kita, dan mengejar tujuan itu secara gigih akan membuat
- pembaca mendukung tokoh utama
- dan selalu tak ingin meninggalkan kisah sang tokoh.
Tujuan, keinginan atau hasrat tokoh utama musti spesifik, konkret dan nyata. Jadi bukan hanya "tokoh utama ingin bahagia". Itu bukan jawaban yang bagus, terlalu global, dan klise.
Pembaca harus bisa mengetahui:
✓ Apakah tokoh utama akan mendapatkan hasratnya?
✓ Kapan tokoh utama mendapatkan tujuannya itu?
Itu semua akan diketahui, bila kita sebagai penulis memberitahu pembaca hal konkret yang dipikir oleh tokoh utama sehingga membuat ia bahagia.
Misalkan:
✓ Suatu usaha bisnis yang diusahakannya.✓ Suatu cita-cita yang tokoh utama inginkan, misalkan bisa belajar di sisi para ulama di negeri Haramain.✓ Pasangan halal demi terciptanya rumah tangga yang bahagia.✓ Prinsip hidup yang tokoh utama cari.✓ Dan sebagainya.
Dan, dalam mencapai tujuannya tersebut, tentu saja tidak begitu mudah mendapatkannya. Misalkan,
pada episode-episode yang sedang berlangsung, mengapa sang tokoh utama belum mendapatkan juga hasratnya? Hal yang wajar, dalam kisah hidup seorang tokoh utama sulit mendapatkan keinginannya.
- Di situlah letak ceritanya.
- Jika mudah mendapatkannya, tentu tidak bagus dibuat cerita.
- Tokoh utama harus berjuang keras untuk mendapatkannya.
- menghadirkan kekuatan setara yang berseberangan menghadangnya atau menahannya.
- Itulah dia konflik itu, musuh besarnya.
1. Hasrat sang tokoh bisa berubah di tengah-tengah cerita. Ini hal yang wajar, apalagi usia tokoh tumbuh dari kecil, anak-anak, remaja, dewasa dan akhirnya tua. Tentu saja, bisa berubah-ubah sesuai perkembangan akalnya, yang berdasarkan usianya. Keinginan yang berubah-ubah maupun tetap inilah yang mendorong kisah bergerak maju, dan membuat plot terus bergerak. Tokoh utama akan bangkit dan melancarkan aksinya demi tujuannya. Jika tidak, maka tokoh utama kita akan statis di tempatnya menunggu sesuatu terjadi. Maka tokoh yang demikian, tidak menarik untuk dibuat Kisah-kisah Nyatanya. Plotnya membosankan.
2. Tidak semua tokoh mendapatkan hasratnya. Misalkan, sang tokoh utama tidak mendapatkan keinginannya di akhir cerita. Saat kisah berawal, tokoh utama ingin mengejar terkait urusan dunia, misalnya status sosial dalam suatu masyarakat. Ternyata itu tak berhasil ia dapatkan, tetapi ternyata juga bagi dia itu tak masalah. Mengapa?
Ketika kita membaca perjalanan hidupnya, kita tahu tujuan tokoh utama adalah status sosial, ternyata inti sejati dari persoalan kisah bukan ke sana, sebenarnya ia ingin ketenangan jiwa. Sehingga di tengah kisah, terjadi penyadaran hasrat, dan hasratnya berubah seperti yang dijelaskan di poin 1 di atas. Akhir kisah, seolah-olah memang ia tak mendapatkan yang ia cari yaitu status sosial. Namun sesungguhnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan yaitu ketenangan hati. Yang itu ia sadari di pertengahan cerita.
Misal, dalam kasus kisah Fulan:
- Hasrat pertama, ketika menginjak usia remaja, ingin menghilangkan kelemahan-kelemahan dirinya, seperti salah satunya kurang dalam bergaul, introver, sehingga temannya sedikit.
- Hasrat berikutnya, setelah banyak teman ternyata ia tak menemui ketenangan, dan ia mengira karena tak punya pedoman hidup dalam hal ini agama Islam, maka iapun berkeinginan mengetahui lebih dalam prinsip hidup tersebut.
- Setelah mendapatkan itu, terjadi kebingungan, karena banyaknya pecahan-pecahan dalam Islam, akhirnya ia bertujuan mencari pemahaman Islam sesuai pemahaman generasi sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
- Akhirnya, ia mendapatkannya yaitu manhaj pengajian Ahlus Sunnah. Namun ternyata masih ada masalah dan ujian. Dan iapun berhasrat selalu belajar dan belajar, agar tak terombang ambing oleh person-person yang bisa saja menyimpang.
Gabung dalam percakapan